Kamis, 06 Oktober 2022

LORONG SEKOLAH

 Di suatu hari aku datang ke sekolah pagi sekali bahkan tidak ada orang di kelas ku dan di kelas lain. Aku datang pagi sekali karena aku ingin mengerjakan pr ku , aku lupa mengerjakan pr, jadi aku mengerjakan nya di sekolah. Sekolah begitu sunyi tak seperti biasa nya yang selalu ramai. Saat aku sedang mengerjakan pr, aku mendengar suara langkah kaki, ku pikir itu hanya penjaga sekolah yang sedang berkeliling jadi tidak aku hirau kan saja. 


Tapi suara langkah kaki itu tak kunjung berhenti jadi aku memeriksa keluar kelas. Saat aku keluar suara langkah kaki itu menghilang, aku bingung kenapa tiba tiba suara langkah kaki nya menghilang. Aku langsung masuk kelas dan berpikir bahwa pak penjaga sudah pergi pas dengan aku yang keluar kelas, lalu aku masuk ke kelas lagi dan melanjutkan mengerjakan pr. Tapi tiba tiba suara langkah kaki muncul lagi , lalu aku keluar kelas , dan suara langkah kaki itu hilang kembali, lalu aku memeriksa beberapa kelas karena ku pikir ada yang jail dari kelas sebelah , tetapi saat ku periksa , kelas sebelah tak ada orang sama sekali pun, bahkan tak ada tas yang terletak di bangku.


Aku pun bersembunyi dibalik pintu kelas ku dan berharap suara langkah kaki itu muncul kembali. Bener saja suara langkah kaki itu muncul kembali. Suara langkah kaki itu terdengar akan mendekati kelasku,  lalu aku pun mengintip di celah celah pintu. Saat kulihat ternyata benar ada orang yang berjalan. Tapi saat ku lihat lihat lagi ternyata kaki yang berjalan itu terlihat pucat dan kaki nya agak tembus pandang dan aku sadar itu adalah hantu , aku pun ketakutan dan kembali ke tempat dudukku. Aku teringat dengan apa yang diceritakan oleh teman ku bahwa di lorong kelas selalu terdengar langkah kaki di malam hari. Dan teman ku mendapatkan cerita itu dari pengalaman pak penjaga  shift malam. 


Aku pun ketakutan , sangat ketakutan aku hanya menundukan kepala di meja dan menutup mata. Tetapi suara langkah kaki itu tak kunjung berhenti dan yang lebih menakutkan dia mengetuk ngetuk pintu kelas ku. Setelah berselang lama suara yang menakutkan itu pun hilang. Di pikiran ku hantu itu sudah masuk ke kelas ku dan memandang ku. Lalu tiba tiba badan ku di goyang goyangkan, aku pikir hantu itu  yang menggoyangkan badan ku , saat ku intip sedikit ternyata Bu Wati ( guru kelasku) yang melakukan nya. Bu wati  pikir aku sedang tidur jadi dia membangun kan ku. Saat aku bangun, aku menceritakan apa yang aku alami. Bu Wati hanya tertawa berpikir aku sedang bercanda, lalu Bu Wati pergi keluar, Bu Wati bilang dia mau ke toilet, setelah keluar kelas Bu Wati masuk kembali dan mengucapkan selamat pagi kepada ku. Aku heran dan bertanya "Loh Bu guru ga jadi ketoilet?" , Bu Wati bingung dan menanya balik "Kapan saya berkata saya ingin ke toilet?".Saat itu aku sadar bahwa guru yang ku ajak bicara tentang kejadian yang ku Alami itu bukanlah guruku melainkan hantu yang menggangguku.


Tamat


KENANGAN TERAKHIR

 

oleh Difa Aurelia

Kami berempat diam membisu setelah acara selesai. Acara yang sebenarnya kami tunggu – tunggu sejak 2 bulan lalu, kini berakhir begitu saja. Kuperhatikan, semua temanku berekspresi masam, padahal gaun hitam yang mereka pakai terlihat cantik. Sayang sekali jika mereka memasang ekspresi seperti itu. Aku jadi penasaran alasan mengapa mereka kompak berekspresi seperti itu.

“Beberapa menit yang lalu kurasa kalian terlihat sangat bahagia di dalam sana, setelah acara selesai kenapa jadi begini?” tanyaku kepada mereka berempat.

Dalam waktu yang sama ketiga temanku menoleh bersamaan, memasang muka tak percaya. “Lea, bukankah kau harusnya tau setelah melihat suasana disini?” Mala, gadis itu membuka matanya lebar – lebar terlihat murka. Mendengarkan perkataan Mala, kuperhatikan sekeliling, memang suasana nya terlihat berbeda dari biasanya, tidak terasa ramai, asik, atau seru sekalipun. Seluruh atmosfir di ruangan ini bahkan tidak mengeluarkan suara, hening. Hanya terdengar suara pergantian jam yang berbunyi setiap detiknya. Bahkan kegelapan langit diluar jendela sana seakan akan mewakilkan perasaan mereka.

“Aku tau suasananya berbeda, tapi aku tidak mengerti kenapa kalian harus diam membisu seperti ini.

Ini kan hari kelulusan kita, kenapa malah sedih?” Tanyaku terdengar tak yakin, bahkan justru mungkin membuat mereka makin emosi.

“Justru itu Lea, ini hari kelulusan kita sekaligus hari perpisahan kita!” Jelas Yoni dengan nada yang meninggi. “Setelah kita lulus dari SMP ini, kita akan melanjutkan sekolah di tempat yang berbeda – beda. Itu yang membuat kami sedih,” tambahnnya.

Kucermati perkataan Yoni sekali lagi, tiba – tiba aku merasakan hal yang sama. Benar juga yang dikatakan Yoni, aku sama sekali tidak terpikirkan hal itu. Dalam sekejap, awan mendung yang berada di langit– langit pikiran kami berubah menjadi hujan badai yang besar. Kini suasananya makin memburuk. “Acara kelulusan ini juga membuatku sadar, bahwa perjalanan kita menempuh pendidikan bersama sudah sampai titik ini saja.” Tegas Kayla yang berhasil menohok perasaan kita semua dengan melempari fakta – fakta itu. “Ayolah, setiap ada pertemuan pasti ada perpisahan kan? Meskipun begitu lain kali kita kan bisa bertemu kembali.”

Ucapku menenangkan mereka. Padahal, saat ini perasaanku tidak jauh berbeda dengan mereka, sama – sama sedihnya. Tapi mau bagaimana lagi, hari ini hari terakhir kita sebelum memulai ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi lagi, yaitu ke SMA.

Seperti setitik bintang dikegelapan malam, aku tiba – tiba kepikiran untuk mengajak mereka bermain bersama. Akan aku perjelas lagi, bermain bersama untuk terakhir kalinya di tahun ini. Meskipun suatu saat nanti kita dapat bertemu kembali, pertemuan itu tidak lagi dapat dilakukan semudah ini, aku yakin itu. “Malam - malam begini memang kita bisa bermain dimana?” Tanya Mala padaku. “Dimana saja, asalkan kita dapat bersenang – senang bersama.” Jawabku.

“Aku ada salah satu tempat wisata yang lebih seru dikunjungi saat malam hari, setahuku ada street food dan tempat foto disana. Kalian mau ?” Tanya Yoni sambil melirik bergantian kearah kami bertiga.

“Dimana?”

“Alun – alun Mojokerto lah.”

Setelah memakan waktu yang tak lama, kami berempat sampai di tujuan, masuk ke salah satu tempat wisata yang menurut Yoni paling baik dimanfaatkan untuk menghabiskan waktu bersama, yaitu Alun – Alun Mojokerto. Kulihat banyak pengunjung disana, berfoto ria di tempat miniatur candi – candi khas daerah kami.

Banyak lampu – lampu berwarna – warni ikut memeriahkan tempat itu. Tepat saat itu juga wajah ketiga temanku berubah menjadi ceria. Seakan awan mendung di pikiran mereka berhasil tertutupi oleh pelangi. Aku turut senang melihatnya Mereka langsung heboh mencari tempat – tempat yang akan dikunjungi pertama.

Apalagi, ada seseorang memutar musik kekinian, yang membuat kami ikut tenggelam dalam melodi – melodi itu.

“Kita disini mau ngapain dulu?” Ucap Yoni dengan nada yang meninggi agar suaranya terdengar dari ramainya suara pengunjung. “Hah? Coba ulangin sekali lagi, gak denger!” perintah Mala menanggapi ucapan Yoni. “Kita disini mau ngapain duluuuu!” Jawab Yoni sambil menggunakan kedua tangannya seolah – olah ia menggunakan speaker. Ingin menanggapi ucapan Yoni, aku langsung berpikir dan memperhatikan sekitar, menatap warna warni yang terlihat mencolok dimataku. “Itu spot foto, kita foto bareng dulu gimana? foto terakhir masa – masa SMP, hehe.” Ucapan Kayla seakan berhasil membaca pikiranku, baru saja aku akan mengatakan hal yang sama. Seperti lampu yang dimatikan bersamaan, semuanya mengangguk setuju dengan kompak.

Setelah beberapa kalimat yang diobrolkan dengan tukang foto, akhirnya kami mulai berdiri dan bergaya ala kadarnya. Berdiam di tempat seperti patung, menunggu cahaya dari kamera itu muncul. "Oke kak diam disitu, bagus! 1.. 2.. 3!" Cekrik! dalam waktu yang bersamaan, aku hanya dapat melihat warna putih.

Kornea mataku seakan terkejut akibat datangnya cahaya yang datangnya tiba - tiba saat itu. "Gimana mas, bagus gak hasilnya?" Yoni membuyarkan lamunanku, ia berjalan maju mendekati laki - laki itu untuk melihat hasil fotonya.

"Bagus sekali kak, kalau boleh tau kalian habis mendatangi suatu acara ya?" Tanya pria yang kami tak tau namanya. Mungkin setelah melihat pakaian kami yang mungkin terlihat mencolok. Kami hanya tersenyum pahit menanggapinya. Karena tiba – tiba merasa ingat kembali tentang perpisahan itu. “Ya sudah, sebentar lagi larut malam, sekarang kita habiskan waktu sepuasnya!” Seru Kayla.

Setelah bermain, bercanda, dan tertawa selama beberapa hitungan jam, inilah saatnya kami berpisah karena sudah larut malam. Dari ekspresi yang sedih menjadi senang, sekarang ekspresi itu menjadi sedih kembali. Suasana menjadi lebih hening, karena kami menyingkir ke tempat yang jauh lebih tenang. “Oke, jangan lupain  satu sama lain ya. Inget, sebelum bahkan setelah pandemi berakhir kita masih temenan. Jadi kita harus pertahanin ini terus.” Tegas Mala pada kita bertiga. “Nggak nyangka ya waktu berjalan secepet ini.”

Tambah Yoni. “Semoga kita semua sukses ya di sekolah baru kita, jangan lupa saling ngabarin!” Perintah Kayla.

“Yaudah, kita pisah disini ya. Semoga hari ini jadi salah satu kenangan terbaik kalian semasa hidup.”

Begitulah akhir dari perpisahan kami. Kami memiliki tujuan dan mimpi dengan jalan yang berbeda.

Jadi kami tahu, perjalanan untuk menempuh pendidikan bersama sudah sampai di titik ini saja. Kuharap hubungan pertemanan seperti ini tidak akan pernah berakhir.

MANTRA SANJIRA

 Pada suatu hari di kerajaan mojopahit hiduplah 5 bersaudara Sukma, Shima, Raden,Juna dan si bungsu Sanjira. Mereka hidup berlima tanpa ada pendamping dikarenakan ratu di saat melahirkan Sanjira, lalu ayah mereka sendiri sang raja meninggalkan mereka dikarenakan menikah dengan ratu yang berasal dari kerajaan lain di Mojopahit. Mereka mempunyai kelebihan dari nenek moyang yaitu sebuah kekuatan berupa air, Sukma dapat mengendalikan air, Raden dapat membuat air menjadi alat transportasi, Shima dan Juna dapat membuat naga air, sedangkan Sanjira dapat dikatakan spesial karena hanya dialah yang satu-satunya dari lima bersaudara ini yang tak mempunyai sebuah kelebihan apapun dalam mengendalikan air. Namun, Sanjira tak pernah patah semangat walaupun para kakaknya sering membuatnya sakit hati, ia terus berlatih pantang menyerah namun naas hasilnya tidak pernah sesuai harapan. Hari ini merupakan hari yang sangat ditunggu-tunggu oleh mereka tidak lupa dengan Sanjira juga walaupun kekuatannya masih dibawah rata rata, hari ini merupakan hari dimana seleksi ksatria kerajaan dibuka dengan mengikuti ini nama keluarga mereka akan terangkat. Sebelum pertandingan dimulai ada sedikit cekcok antara mereka, "Hei Sanjira apa yang kau lakukan dengan tangan tak berguna itu, tak ada gunanya kau berlatih" Ucap Sukma kakak tertua. Sanjira yang mendengar itu merasa seperti tersambar petir, ia menunduk menangis sedangkan empat kakanya hanya ketawa mengejek. Sebelum mereka meninggalkannya, Raden kakak sulung ketiga berkata, "Jika kau tidak bisa mengendalikan kekuatan keturunan nenek moyang kita, berhentilah. Kau hanya akan mempermalukan keluarga kami, " Ucap Raden sebelum meninggalkan Sanjira. Sanjira merasa tak nyaman, ia tak mengerti mengapa saudaranya sangat membencinya. Nomer peserta dipanggil secara berurut, banyak peserta yang membuat Sanjira kagum, mulai dari Kerajaan Majapahit barat hingga timur, dan saat ini adalah giliran Sanjira ia merasa gugup. Banyak mata yang tertuju kepada Sanjira, Sanjira berusaha keras menunjukkan bahwa ia bisa, ia mulai mengambil tongkat bantuannya untuk mengendalikan air, ia mengarahkan tongkatnya ke depan lalu perlahan lahan muncullah sebuih air kecil yang perlahan berubah menjadi semakin besar dan besar, tak disangka air tersebut sudah sebesar setengah badan Sanjira, penonton dibuat takjub akan penampilannya. Namun, entah karena gangguan apa tiba tiba tongkat pengendali air Sanjira terjatuh, dan naas nya lagi bola air yang membesar itu mengarah ke Sanjira dan ia pun masuk kedalam bola air yang dibuatnya sendiri. "Tolong... Tolong..... " Pinta Sanjira, semua yang menonton ikut kebingungan syukurnya terdapat satu orang yang bisa menghentikannya, hanya sekedar mengedipkan mata tiga kali dan lenyaplah bola air itu. Sekujur badan Sanjira sangatlah lemas, ia berbaring lemas dengan badan yang basah kuyup, Shima yang melihat adiknya terkujur dengan badan basah kuyup pun langsung menghampirinya lalu membacakan mantra agar bisa membuatnya kering kembali. Sanjira sekarang merasa sangat malu, tapi ia tidak akan putus semangat.  Setelah insiden yang terjadi tadi Sanjira meninggalkan arena seleksi kesatria iya melarikan diri dari kakak-kakaknya sudah parah penonton yang ada disana tidak terkecuali para juri,  ia berlari hingga ke hutan terpencil hingga ia menemukan sebuah batu besar, didudukinya batu itu dan ia mulai bertapa. Tahun terus berganti dan ia pun tetap bertapa, hingga di sela sela bertapa nya terdapat suara seorang wanita, "Anakku, carilah buah Mojo, makanlah, setelah itu pergilah ke kerajaan muasalmu Nak. " Deg, Sanjira seketika itu langsung membuka matanya ia melihat sekitar dan dicarinya suara itu, namun ternyata tiada orang sama sekali. Sesuai arahan dari wanita yang tak tau siapa itu, ia pun dua hari semalam pun mencari buah yang bernama buah Mojo, disela sela pencariannya, tak tau darimana terdapat seorang wanita tua yang sedang membawa kayu jati, Sanjira yang mengetahui itu pun langsung membantu nya, "Nek, ijinkanlah saya, Sanjira, membantu membawakanmu ini sampai rumah engkau, " Di ucapnya. Nenek itu pun tersenyum tipis lalu mengiyakan tawaran Sanjira, ia pun memberikan sebagian kayu jati yang dibawanya lalu memberikannya kepada Sanjira. Sepanjang perjalanan tak ada pembicaraan, hanya terdapat langkah kaki mereka, hingga pada akhirnya sampai lah mereka pada tujuan mereka, yaitu rumah si nenek, rumahnya kecil seperti gubuk, Sanjira pun meletakkannya di sebuah kursi panjang depan rumah si nenek. Ketika Sanjira ingin berpamitan pulang, si nenek menahannya dan meminta ia membuka tangannya, diberikanlah satu buah, " Aku tidak bisa membayarnya dengan sebuah barang mewah, aku hanya bisa memberikan satu buah Mojo ini. " Sanjira tersenyum sangat lebar, ini adalah buah Mojo yang sedang ia cari, ia pun sangat berterimakasih kepada sang nenek, "Terimakasih nek, aku sedang mencari buah ini namun tak kunjung kutemukan, jika begitu aku pamit terlebih dahulu, sampai bertemu kembali, " Pamit Sanjira sambil menampakkan senyumnya yang sangat manis. Ia perlahan-lahan memakan buah Mojo tersebut sambil menahan rasa pahitnya, ia makan sambil membaca sebuah mantra yang pernah ia baca dalam buku lama ibunya. Sanjira pun kembali ke asal muasal ia dilahirkan yaitu di Kerajaan Majapahit ia dari tadi kebingungan, ia merasa badannya sangat kuat. Sampailah ia di Desa Mojopahit ia sangat kebingungan karena dilihatnya desa itu gersang tidak berpenghuni ia pun sangat panik, ia berlari menuju pusat dari desa tersebut yaitu kerajaannya. Ia sangat kaget karena ditatapnya Sukma dan Shima tergusur lemas sedangkan Raden dan Juna berjuang mati-matian melawan seorang laki laki yaitu raja api. Sanjira sangat bingung, ia harus melakukan apa sedangkan, kekuatannya pun tidak pernah maksimal, dengan bermodalkan doa dan juga mantra dari buku lama ibunya, ia pun memberanikan diri untuk melawan raja api tersebut ia mulai menggerak gerakan tangannya sambil memejamkan mata ia langsung mengarahkan tangannya kepada sang raja lalu muncullah seorang ular yang membesar menjadi sebuah naga dan hap! Naga air buatan Sanjira tersebut pun telah memakan sekujur tubuh sang penjahat. Raden dan Juna pun menoleh kepada asal muasal kekuatan tersebut, dan dilihat nya Sanjira mereka sangat mengagumj kekuatan dari yang Sanjira berikan. Sanjira hanya tersenyum lembut kepada Raden dan Juna ia pun langsung menghampiri a

Sanjira lalu mengatakan, "Apakah engkau tidak apa-apa? Dari mana saja kau selama ini? Kami merindukanmu," Ucap mereka, tanpa mengatakan apapun Sanjira langsung memeluk mereka lalu mengatakan, "Aku juga merindukan kalian, " Lalu tiba tiba mata Sanjira tertuju kepada kedua kakak sulungnya yaitu Sukma dan Shima yang terkujur lemas, ia langsung berlari menghampirinya, " Kak, bertahan lah sebentar lagi, aku akan mencari cara untuk membuatmu sadar kembali, " Lalu ia mengeluarkan buku kecil yang ia temukan disaat ia berjalan mencari buah Mojo, ia bacakan perlahan sambil mengelus setiap helaian rambut dua kakak sulungnya. Aneh, sangat aneh, mereka yang tadi nya lemas perlahan lahan dapat bangkit, mereka langsung memeluk Sanjira disusul oleh kedua kakak laki lakinya yaitu Juna dan Raden,mereka bersama berpelukan sambil banjir air mata. Sanjira memiliki hati yang sangat tulus, walau dia diasingkan oleh para kakaknya, ia tetap bisa memaafkannya. Masih banyak cerita yang belum terungkap di cerpen ini, tetaplah itu menjadi sebuah misteri yang tak akan terungkap


BAHAN BACAAN TEKS DISKUSI

1. PRO KONTRA IBU KOTA NEGARA 2. BERBAHASA INGGRIS TIDAK NASIONALIS? 3. PRO KONTRA MAINAN LATO-LATO 4. KANTONG PLASTIK BERBAYAR 5. DAUR ULAN...