Pada suatu hari di kerajaan mojopahit hiduplah 5 bersaudara Sukma, Shima, Raden,Juna dan si bungsu Sanjira. Mereka hidup berlima tanpa ada pendamping dikarenakan ratu di saat melahirkan Sanjira, lalu ayah mereka sendiri sang raja meninggalkan mereka dikarenakan menikah dengan ratu yang berasal dari kerajaan lain di Mojopahit. Mereka mempunyai kelebihan dari nenek moyang yaitu sebuah kekuatan berupa air, Sukma dapat mengendalikan air, Raden dapat membuat air menjadi alat transportasi, Shima dan Juna dapat membuat naga air, sedangkan Sanjira dapat dikatakan spesial karena hanya dialah yang satu-satunya dari lima bersaudara ini yang tak mempunyai sebuah kelebihan apapun dalam mengendalikan air. Namun, Sanjira tak pernah patah semangat walaupun para kakaknya sering membuatnya sakit hati, ia terus berlatih pantang menyerah namun naas hasilnya tidak pernah sesuai harapan. Hari ini merupakan hari yang sangat ditunggu-tunggu oleh mereka tidak lupa dengan Sanjira juga walaupun kekuatannya masih dibawah rata rata, hari ini merupakan hari dimana seleksi ksatria kerajaan dibuka dengan mengikuti ini nama keluarga mereka akan terangkat. Sebelum pertandingan dimulai ada sedikit cekcok antara mereka, "Hei Sanjira apa yang kau lakukan dengan tangan tak berguna itu, tak ada gunanya kau berlatih" Ucap Sukma kakak tertua. Sanjira yang mendengar itu merasa seperti tersambar petir, ia menunduk menangis sedangkan empat kakanya hanya ketawa mengejek. Sebelum mereka meninggalkannya, Raden kakak sulung ketiga berkata, "Jika kau tidak bisa mengendalikan kekuatan keturunan nenek moyang kita, berhentilah. Kau hanya akan mempermalukan keluarga kami, " Ucap Raden sebelum meninggalkan Sanjira. Sanjira merasa tak nyaman, ia tak mengerti mengapa saudaranya sangat membencinya. Nomer peserta dipanggil secara berurut, banyak peserta yang membuat Sanjira kagum, mulai dari Kerajaan Majapahit barat hingga timur, dan saat ini adalah giliran Sanjira ia merasa gugup. Banyak mata yang tertuju kepada Sanjira, Sanjira berusaha keras menunjukkan bahwa ia bisa, ia mulai mengambil tongkat bantuannya untuk mengendalikan air, ia mengarahkan tongkatnya ke depan lalu perlahan lahan muncullah sebuih air kecil yang perlahan berubah menjadi semakin besar dan besar, tak disangka air tersebut sudah sebesar setengah badan Sanjira, penonton dibuat takjub akan penampilannya. Namun, entah karena gangguan apa tiba tiba tongkat pengendali air Sanjira terjatuh, dan naas nya lagi bola air yang membesar itu mengarah ke Sanjira dan ia pun masuk kedalam bola air yang dibuatnya sendiri. "Tolong... Tolong..... " Pinta Sanjira, semua yang menonton ikut kebingungan syukurnya terdapat satu orang yang bisa menghentikannya, hanya sekedar mengedipkan mata tiga kali dan lenyaplah bola air itu. Sekujur badan Sanjira sangatlah lemas, ia berbaring lemas dengan badan yang basah kuyup, Shima yang melihat adiknya terkujur dengan badan basah kuyup pun langsung menghampirinya lalu membacakan mantra agar bisa membuatnya kering kembali. Sanjira sekarang merasa sangat malu, tapi ia tidak akan putus semangat. Setelah insiden yang terjadi tadi Sanjira meninggalkan arena seleksi kesatria iya melarikan diri dari kakak-kakaknya sudah parah penonton yang ada disana tidak terkecuali para juri, ia berlari hingga ke hutan terpencil hingga ia menemukan sebuah batu besar, didudukinya batu itu dan ia mulai bertapa. Tahun terus berganti dan ia pun tetap bertapa, hingga di sela sela bertapa nya terdapat suara seorang wanita, "Anakku, carilah buah Mojo, makanlah, setelah itu pergilah ke kerajaan muasalmu Nak. " Deg, Sanjira seketika itu langsung membuka matanya ia melihat sekitar dan dicarinya suara itu, namun ternyata tiada orang sama sekali. Sesuai arahan dari wanita yang tak tau siapa itu, ia pun dua hari semalam pun mencari buah yang bernama buah Mojo, disela sela pencariannya, tak tau darimana terdapat seorang wanita tua yang sedang membawa kayu jati, Sanjira yang mengetahui itu pun langsung membantu nya, "Nek, ijinkanlah saya, Sanjira, membantu membawakanmu ini sampai rumah engkau, " Di ucapnya. Nenek itu pun tersenyum tipis lalu mengiyakan tawaran Sanjira, ia pun memberikan sebagian kayu jati yang dibawanya lalu memberikannya kepada Sanjira. Sepanjang perjalanan tak ada pembicaraan, hanya terdapat langkah kaki mereka, hingga pada akhirnya sampai lah mereka pada tujuan mereka, yaitu rumah si nenek, rumahnya kecil seperti gubuk, Sanjira pun meletakkannya di sebuah kursi panjang depan rumah si nenek. Ketika Sanjira ingin berpamitan pulang, si nenek menahannya dan meminta ia membuka tangannya, diberikanlah satu buah, " Aku tidak bisa membayarnya dengan sebuah barang mewah, aku hanya bisa memberikan satu buah Mojo ini. " Sanjira tersenyum sangat lebar, ini adalah buah Mojo yang sedang ia cari, ia pun sangat berterimakasih kepada sang nenek, "Terimakasih nek, aku sedang mencari buah ini namun tak kunjung kutemukan, jika begitu aku pamit terlebih dahulu, sampai bertemu kembali, " Pamit Sanjira sambil menampakkan senyumnya yang sangat manis. Ia perlahan-lahan memakan buah Mojo tersebut sambil menahan rasa pahitnya, ia makan sambil membaca sebuah mantra yang pernah ia baca dalam buku lama ibunya. Sanjira pun kembali ke asal muasal ia dilahirkan yaitu di Kerajaan Majapahit ia dari tadi kebingungan, ia merasa badannya sangat kuat. Sampailah ia di Desa Mojopahit ia sangat kebingungan karena dilihatnya desa itu gersang tidak berpenghuni ia pun sangat panik, ia berlari menuju pusat dari desa tersebut yaitu kerajaannya. Ia sangat kaget karena ditatapnya Sukma dan Shima tergusur lemas sedangkan Raden dan Juna berjuang mati-matian melawan seorang laki laki yaitu raja api. Sanjira sangat bingung, ia harus melakukan apa sedangkan, kekuatannya pun tidak pernah maksimal, dengan bermodalkan doa dan juga mantra dari buku lama ibunya, ia pun memberanikan diri untuk melawan raja api tersebut ia mulai menggerak gerakan tangannya sambil memejamkan mata ia langsung mengarahkan tangannya kepada sang raja lalu muncullah seorang ular yang membesar menjadi sebuah naga dan hap! Naga air buatan Sanjira tersebut pun telah memakan sekujur tubuh sang penjahat. Raden dan Juna pun menoleh kepada asal muasal kekuatan tersebut, dan dilihat nya Sanjira mereka sangat mengagumj kekuatan dari yang Sanjira berikan. Sanjira hanya tersenyum lembut kepada Raden dan Juna ia pun langsung menghampiri a
Sanjira lalu mengatakan, "Apakah engkau tidak apa-apa? Dari mana saja kau selama ini? Kami merindukanmu," Ucap mereka, tanpa mengatakan apapun Sanjira langsung memeluk mereka lalu mengatakan, "Aku juga merindukan kalian, " Lalu tiba tiba mata Sanjira tertuju kepada kedua kakak sulungnya yaitu Sukma dan Shima yang terkujur lemas, ia langsung berlari menghampirinya, " Kak, bertahan lah sebentar lagi, aku akan mencari cara untuk membuatmu sadar kembali, " Lalu ia mengeluarkan buku kecil yang ia temukan disaat ia berjalan mencari buah Mojo, ia bacakan perlahan sambil mengelus setiap helaian rambut dua kakak sulungnya. Aneh, sangat aneh, mereka yang tadi nya lemas perlahan lahan dapat bangkit, mereka langsung memeluk Sanjira disusul oleh kedua kakak laki lakinya yaitu Juna dan Raden,mereka bersama berpelukan sambil banjir air mata. Sanjira memiliki hati yang sangat tulus, walau dia diasingkan oleh para kakaknya, ia tetap bisa memaafkannya. Masih banyak cerita yang belum terungkap di cerpen ini, tetaplah itu menjadi sebuah misteri yang tak akan terungkap
Tidak ada komentar:
Posting Komentar