Kamis, 06 Oktober 2022

KENANGAN TERAKHIR

 

oleh Difa Aurelia

Kami berempat diam membisu setelah acara selesai. Acara yang sebenarnya kami tunggu – tunggu sejak 2 bulan lalu, kini berakhir begitu saja. Kuperhatikan, semua temanku berekspresi masam, padahal gaun hitam yang mereka pakai terlihat cantik. Sayang sekali jika mereka memasang ekspresi seperti itu. Aku jadi penasaran alasan mengapa mereka kompak berekspresi seperti itu.

“Beberapa menit yang lalu kurasa kalian terlihat sangat bahagia di dalam sana, setelah acara selesai kenapa jadi begini?” tanyaku kepada mereka berempat.

Dalam waktu yang sama ketiga temanku menoleh bersamaan, memasang muka tak percaya. “Lea, bukankah kau harusnya tau setelah melihat suasana disini?” Mala, gadis itu membuka matanya lebar – lebar terlihat murka. Mendengarkan perkataan Mala, kuperhatikan sekeliling, memang suasana nya terlihat berbeda dari biasanya, tidak terasa ramai, asik, atau seru sekalipun. Seluruh atmosfir di ruangan ini bahkan tidak mengeluarkan suara, hening. Hanya terdengar suara pergantian jam yang berbunyi setiap detiknya. Bahkan kegelapan langit diluar jendela sana seakan akan mewakilkan perasaan mereka.

“Aku tau suasananya berbeda, tapi aku tidak mengerti kenapa kalian harus diam membisu seperti ini.

Ini kan hari kelulusan kita, kenapa malah sedih?” Tanyaku terdengar tak yakin, bahkan justru mungkin membuat mereka makin emosi.

“Justru itu Lea, ini hari kelulusan kita sekaligus hari perpisahan kita!” Jelas Yoni dengan nada yang meninggi. “Setelah kita lulus dari SMP ini, kita akan melanjutkan sekolah di tempat yang berbeda – beda. Itu yang membuat kami sedih,” tambahnnya.

Kucermati perkataan Yoni sekali lagi, tiba – tiba aku merasakan hal yang sama. Benar juga yang dikatakan Yoni, aku sama sekali tidak terpikirkan hal itu. Dalam sekejap, awan mendung yang berada di langit– langit pikiran kami berubah menjadi hujan badai yang besar. Kini suasananya makin memburuk. “Acara kelulusan ini juga membuatku sadar, bahwa perjalanan kita menempuh pendidikan bersama sudah sampai titik ini saja.” Tegas Kayla yang berhasil menohok perasaan kita semua dengan melempari fakta – fakta itu. “Ayolah, setiap ada pertemuan pasti ada perpisahan kan? Meskipun begitu lain kali kita kan bisa bertemu kembali.”

Ucapku menenangkan mereka. Padahal, saat ini perasaanku tidak jauh berbeda dengan mereka, sama – sama sedihnya. Tapi mau bagaimana lagi, hari ini hari terakhir kita sebelum memulai ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi lagi, yaitu ke SMA.

Seperti setitik bintang dikegelapan malam, aku tiba – tiba kepikiran untuk mengajak mereka bermain bersama. Akan aku perjelas lagi, bermain bersama untuk terakhir kalinya di tahun ini. Meskipun suatu saat nanti kita dapat bertemu kembali, pertemuan itu tidak lagi dapat dilakukan semudah ini, aku yakin itu. “Malam - malam begini memang kita bisa bermain dimana?” Tanya Mala padaku. “Dimana saja, asalkan kita dapat bersenang – senang bersama.” Jawabku.

“Aku ada salah satu tempat wisata yang lebih seru dikunjungi saat malam hari, setahuku ada street food dan tempat foto disana. Kalian mau ?” Tanya Yoni sambil melirik bergantian kearah kami bertiga.

“Dimana?”

“Alun – alun Mojokerto lah.”

Setelah memakan waktu yang tak lama, kami berempat sampai di tujuan, masuk ke salah satu tempat wisata yang menurut Yoni paling baik dimanfaatkan untuk menghabiskan waktu bersama, yaitu Alun – Alun Mojokerto. Kulihat banyak pengunjung disana, berfoto ria di tempat miniatur candi – candi khas daerah kami.

Banyak lampu – lampu berwarna – warni ikut memeriahkan tempat itu. Tepat saat itu juga wajah ketiga temanku berubah menjadi ceria. Seakan awan mendung di pikiran mereka berhasil tertutupi oleh pelangi. Aku turut senang melihatnya Mereka langsung heboh mencari tempat – tempat yang akan dikunjungi pertama.

Apalagi, ada seseorang memutar musik kekinian, yang membuat kami ikut tenggelam dalam melodi – melodi itu.

“Kita disini mau ngapain dulu?” Ucap Yoni dengan nada yang meninggi agar suaranya terdengar dari ramainya suara pengunjung. “Hah? Coba ulangin sekali lagi, gak denger!” perintah Mala menanggapi ucapan Yoni. “Kita disini mau ngapain duluuuu!” Jawab Yoni sambil menggunakan kedua tangannya seolah – olah ia menggunakan speaker. Ingin menanggapi ucapan Yoni, aku langsung berpikir dan memperhatikan sekitar, menatap warna warni yang terlihat mencolok dimataku. “Itu spot foto, kita foto bareng dulu gimana? foto terakhir masa – masa SMP, hehe.” Ucapan Kayla seakan berhasil membaca pikiranku, baru saja aku akan mengatakan hal yang sama. Seperti lampu yang dimatikan bersamaan, semuanya mengangguk setuju dengan kompak.

Setelah beberapa kalimat yang diobrolkan dengan tukang foto, akhirnya kami mulai berdiri dan bergaya ala kadarnya. Berdiam di tempat seperti patung, menunggu cahaya dari kamera itu muncul. "Oke kak diam disitu, bagus! 1.. 2.. 3!" Cekrik! dalam waktu yang bersamaan, aku hanya dapat melihat warna putih.

Kornea mataku seakan terkejut akibat datangnya cahaya yang datangnya tiba - tiba saat itu. "Gimana mas, bagus gak hasilnya?" Yoni membuyarkan lamunanku, ia berjalan maju mendekati laki - laki itu untuk melihat hasil fotonya.

"Bagus sekali kak, kalau boleh tau kalian habis mendatangi suatu acara ya?" Tanya pria yang kami tak tau namanya. Mungkin setelah melihat pakaian kami yang mungkin terlihat mencolok. Kami hanya tersenyum pahit menanggapinya. Karena tiba – tiba merasa ingat kembali tentang perpisahan itu. “Ya sudah, sebentar lagi larut malam, sekarang kita habiskan waktu sepuasnya!” Seru Kayla.

Setelah bermain, bercanda, dan tertawa selama beberapa hitungan jam, inilah saatnya kami berpisah karena sudah larut malam. Dari ekspresi yang sedih menjadi senang, sekarang ekspresi itu menjadi sedih kembali. Suasana menjadi lebih hening, karena kami menyingkir ke tempat yang jauh lebih tenang. “Oke, jangan lupain  satu sama lain ya. Inget, sebelum bahkan setelah pandemi berakhir kita masih temenan. Jadi kita harus pertahanin ini terus.” Tegas Mala pada kita bertiga. “Nggak nyangka ya waktu berjalan secepet ini.”

Tambah Yoni. “Semoga kita semua sukses ya di sekolah baru kita, jangan lupa saling ngabarin!” Perintah Kayla.

“Yaudah, kita pisah disini ya. Semoga hari ini jadi salah satu kenangan terbaik kalian semasa hidup.”

Begitulah akhir dari perpisahan kami. Kami memiliki tujuan dan mimpi dengan jalan yang berbeda.

Jadi kami tahu, perjalanan untuk menempuh pendidikan bersama sudah sampai di titik ini saja. Kuharap hubungan pertemanan seperti ini tidak akan pernah berakhir.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BAHAN BACAAN TEKS DISKUSI

1. PRO KONTRA IBU KOTA NEGARA 2. BERBAHASA INGGRIS TIDAK NASIONALIS? 3. PRO KONTRA MAINAN LATO-LATO 4. KANTONG PLASTIK BERBAYAR 5. DAUR ULAN...