oleh Imanelient Arkan
Pernahkah kalian merasakan bahwa diri kalian sendiri merupakan
orang yang tidak terlalu penting, tidak pintar, atau di bawah orang lain
sehingga ketertarikan atau minat kalian untuk berusaha berkurang? Hal itu juga
terjadi pada Imanelient Arkan, seorang pelajar dari SMP Taruna Nusa Harapan.
Namun, hal ini terjadi bukan karena ia tidak pintar, melainkan sebaliknya.
Diawali dari masuk sekolah dasar, muncul banyak pelajaran baru yang akan dipelajari oleh ia dan teman sekelasnya selama bersekolah di SD Taruna Nusa Harapan. Walaupun sebagian dari pelajaran tersebut tidak terlalu menarik, Arkan tetap berusaha untuk mengikuti pelajaran – pelajaran tersebut karena ia berharap
bahwa pelajaran tersebut memiliki makna lain yang ia belum ketahui. Pertama kalinya diumumkan sebuah ulangan merupakan hal yang menarik bagi Arkan. Karena ini merupakan sebuah penilaian, maka ia rajin belajar untuk mendapatkan nilai yang terbaik untuk membanggakan kedua orang tuanya.
Hari dimana ulangan tersebut dibagi telah tiba. Arkan bangga terhadap dirinya sendiri karena hasilnya memuaskan. Ia ingin untuk mempertahankan nilai ini selama berada di kelas 1. Oleh karena itu, ia belajar lebih giat untuk ulangan –
ulangan berikutnya. Pada rapor akhir semester, ia mendapatkan nilai total lebih dari 1000. Orang tua ia membelikan sebuah smartphone untuk Arkan karena hasil nilai rapor akhir semester yang tinggi dengan janji bahwa ia akan selalu rajin belajar.
Walaupun dengan kelebihan yang Arkan miliki, ia juga mempunyai beberapa kekurangan seperti sifat introvertnya. Sifat introvert sudah dimiliki oleh Arkan sejak
kecil. Setiap tampil atau presentasi di depan kelas, ia selalu tidak percaya diri dilihat dari gerak tubuhnya. Arkan juga tidak terlalu aktif dalam bersosialisasi dengan teman sekelasnya, ia lebih suka untuk diam dengan
sendirinya.
Ia sering ditanya, “Apa cita – citamu?” ia menjawab “Tidak tahu,” karena ia memang benar-benar tidak tahu apa cita – cita atau impiannya pada saat itu. Tidak
mempunyai cita – cita maupun hobi atau kebiasaan yang suka dilakukan setiap
hari. Jika ada pertanyaan seperti itu, maka ia menjawab dengan jawaban yangdibuat oleh dirinya sendiri.
Mulai dari kelas tiga, ia mulai mengenal keberadaan internet. Betapa luasnya dunia ini setelah diketahui adanya internet. Tidak hanya itu, di situlah ia temukan media
hiburan baru yang berupa permainan atau game. Ia menghabiskan waktu lebih banyak untuk bermain daripada belajar sehingga kualitas belajarnya mulai menurun. Meskipun kualitas belajar Arkan menurun, nilai – nilai ulangannya masih diatas rata – rata. Hal ini justru membuat dia berpikir bahwa dia tidak perlu belajar (dengan giat) sama sekali karena nilai ulangannya akan tetap mendapatkan nilai yang bagus.
Akan tetapi, tugas yang diberikan oleh guru – guru menumpuk karena mayoritas waktu yang digunakan hanya untuk bermain saja. Arkan mulai sadar bahwa tugas – tugas yang diberikan tersebut hanyalah sebuah hal yang diulang – ulang yang diberikan kepada murid untuk dikerjakan. Tugas – tugas tersebut mudah ditemukan di internet. Hal ini mengubah pandangan ia terhadap guru – guru dan tugas beserta
ulangan yang diberikan kepada ia dan teman – teman sekelasnya. Dia berpikir bahwa sebagian dari tugas tersebut hanya digunakan untuk mengisi nilai keterampilan pada rapor.
Tidak hanya itu, ia juga sadar bahwa nilai – nilai sikap beserta deskripsi tentang
kemampuannya di setiap mata pelajaran yang ditulis di rapor tidak penting sama
sekali dan hanya dibuat – buat. Hal ini membuat lebih berkurangnya kualitas belajar Arkan. Nilai ulangannya semakin menurun membuat ia bersikap pesimis
jika mengerjakan soal ulangan berikutnya.
Dia selalu melebih – lebihkan kemampuannya disaat mengerjakan tugasnya walaupun dia tidak sepenuhnya mampu untuk melakukan apa yang dia pikirkan sebelumnya. Oleh karena itu, sebagian tugas tidak dapat dikerjakan secara maksimal. Ia sulit terpengaruh dari motivasi yang diberikan atau didengar agar dapat meningkatkan kualitas belajarnya karena ia sendiri tidak mendapatkan unsur semangat dan tidak terinspirasi sama sekali dari motivasi tersebut. Hanya dia yang dapat memotivasi dirinya sendiri.
Seiring berjalannya waktu, nilai ulangan Arkan menurun. Keinginan dan minatnya untuk berusaha atau belajar mulai hilang. Ia sendiri pun merasakannya. Sikap pesimis yang selalu berada di dalam pikirannya menahan dia untuk mencoba memperbaiki keadaannya sekarang.
Masuknya menuju kelas 1 SMP membuat ia ingat tentang masa lalunya yaitu pertama kalinya masuk ke SD beserta semangat belajarnya. Selain itu, dia juga mengingat janjinya saat dibelikan smartphone bahwa akan selalu rajin belajar. Arkan memutuskan untuk mengubah dirinya menjadi lebih baik dari pada sekarang
dan sebelumnya. Karena ini merupakan pertama kalinya masuk ke SMP, ia juga ingin mengubah pandangan orang lain terhadapnya agar tidak sama seperti
sebelumnya.
Setiap ada kesempatan untuk tampil atau presentasi di depan kelas, ia selalu berusaha untuk mengambil kesempatan itu dan maju untuk menghilangkan sifat tidak percaya dirinya. Ia juga berinteraksi dengan teman sekelasnya untuk menghapus sifat introvert yang ia miliki. Hal – hal negatif tentang pelajaran dan tugas yang iaselalu pikiran mulai dipendam karena hal – hal tersebut tidak boleh dijadikanalasan dia hilangan minatnya untuk belajar. Sebagai pelajar, ia mengetahui
bahwa semua tugas yang dikerjakan dan semua pelajaran yang dipelajari akan
selalu membawa m di dunia luar sekolah, seperti pikirannya disaat pertama
kali masuk sekolah dasar.
Dengan tidak sengaja, Arkan menemukan sebuah hal yang sangat menarik yaitu
pemrograman. Pemrograman merupakan hal yang menyenangkan baginya bukan hanya karena itu merupakan hal yang baru ia ketahui, mata pelajaran yang telah ia
pelajari seperti matematika juga digunakan dalam pemrograman. Hal ini merupakan dorongan besar bagi Arkan untuk rajin belajar.
Semangat rajin belajar yang hampir memudar akhirnya muncul sekali lagi, ia kembali untuk rajin belajar agar nilai ulangannya kembali tinggi. Ia juga berusaha untuk mengerjakan tugasnya secara maksimal dan mengumpulkannya tepat waktu meskipun ia memiliki masalah lain. Dia sudah mulai percaya dengan dirinya sendiri dan sikap pesimis yang dulunya dimiliki mulai menghilang.
Pengalaman tersebut merupakan pengalaman yang bagus baginya untuk diceritakan kepada orang lain bahwa kehilangan minat untuk berusaha tidak hanya terjadi pada sebagian orang yang tidak pintar. Sebagian orang pasti pernah mengalami sesuatu masalah yang membuat mereka berhenti untuk berusaha. Namun, masalah itulah yang seharusnya digunakan sebagai dorongan untuk menunjukkan bahwa seorang individu dapat menyelesaikan masalahnya dan memperbaiki kesalahannya dengan cara berusaha.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar