Senin, 19 Oktober 2020

JAWABAN ALINA UNTUK JACOB

 OLEH : ALBERT WILLIAM WIBISONO

Apa makna dari kiriman ini? Aku tak dapat membukanya tanpa dirimu. Makhluk berkepala datar datang membuka penutup wajah yang melindungi kepalanya. Mengetuk sembari memanggil namaku. Tak kuhiraukan, karena kuharap hanya kau yang memanggil namaku. Sunyi senyap menghantui rumahku kembali beberapa menit kemudian. Resah, takut, dan gelisah menghantuiku.

Kuberanikan diri membuka pintu dan betapa sedihnya diriku tak melihatnya datang. Sebuah amplop tergeletak tanpa daya di depan rumahku. Secarik kertas menemani sepinya dunia ini. Kuangkat dengan penuh perasaan. Masuk ke kediaman di atas kenap yang aman. 

Kubaca risalah itu, dan dengan bodohnya kusadar itu darimu sayangku. Kuratapi dengan mengurut dada. Iya, semua yang kuterima lengkap beserta debur ombak yang kau janjikan. Namun, ada yang mengganjal di dada yang sakit ini. Apakah makna semua ini?

Kerinduan? Kebencian? Atau perpisahan? Aku tak berani menerka lebih jauh. Aku hanya memikirkan apa yang terjadi padamu saat ini. Apa yang kau lakukan demi mengirim hadiah ini untukku seorang gadis desa yang tak memiliki apapun? Kubaca cerita sembari duduk di awan putih diselimuti angin yang meniupku perlahan.

Sembari membaca, kujamah senja yang kaukirim menemani surat ini. Betapa sedihnya diriku melihatmu bersusah payah memberi senja hanya untuk diriku. Sayangku, aku hendak bertanya, kapan kau akan hadir sendiri menemani diriku? Ruang hampa, rotan, dan kayu yang menemaniku setiap saat. Ku berharap kau dapat menemaniku di gubukku yang sederhana ini. Mengisi hari bersama, waktu tak terasa lama duduk di awan tanpa nama.

Dengan ini kukirimkan pula kerinduanku padamu, dengan cium, peluk, dan bisikan terhangat, dari sebuah tempat yang paling sunyi di dunia.

 

Jumat, 16 Oktober 2020

JANGAN TERLALU MELEWATI BATAS

Daniel Putra Wijaya 9B/6247


Daniel Putra adalah anak yang keras kepala dan giat belajar.Dari tk hingga smp dia selalu dibimbing orang tuanya untuk belajar dengan baik agar nilainya bagus.Alhasil dari tk sampai smp Daniel mendapat nilai yang cukup baik meskipun sering mendapat nilai yang kurang memuaskan.Tetapi ada kisah unik dibalik cara belajar si Daniel ini.

 Saat tk dia diajar oleh ibunya sendiri untuk berhitung dan menghafalkan huruf,angka dan sebagainya.Guru tk nya pun selalu kagum karena perkembangan Daniel sangat baik dalam belajar.Dia juga selalu mendapat pujian dari gurunya.

 Beranjak sd pun nilainya masih tetap stabil tetapi saat menginjak kelas 6 stress mulai menghantui.Nilai nilai penilaian harian miliknya menurun.Remedial pun mulai banyak didapat.Hal tersebut terjadi karena Daniel mulai sering bermain game daripada belajar.Sejak itu orang tuanya memaksanya menghapus game yang membuat nilai Daniel menurun.

 Akhirnya Daniel pun naik kelas ke jenjang SMP.Nilai nilai nya pun masih juga menurun tidak seperti saat sd.Hal tersebut membuat nya sedih karena teman teman lainnya membalap nilainya.Lalu dia memutuskan untuk belajar terus menerus agar nilainya dapat berubah,tetapi bukannya nilai.bagus yang didapat melainkan nilai jelek.Daniel.pun semakin bingung dan sedih mengapa ini terjadi.Dia pun tetap berambisi untuk belajar terus menerus tanpa berhenti.

 Lalu suatu hari mamanya menasehati Daniel agar dia tidak selalu berambisi untuk belajar dan malah melewati kemampuanya yang akan menghasilkan dampak buruk.Mamanya menasehati agar jika belajar,pelajari saja yang memang menjadi inti pelajaran nya saja dan juga harus pintar memilah milah.Juga hilangkan rasa khawatir akan nilai jelek jugak teman yang nilai nya lebih baik.Lalu Daniel menurutinya dan dia mengurangi cara belajar nya yang dulu dan mulai lebih santai untuk belajar.Dia juga menyeimbangkan game dan pelajaran.Alhasil ternyata nasehat ibunya benar dan nilainya pun berhasil meningkat.

 Mulai saat itu Daniel menuruti apa yang mamanya katakan.Dia mengerti jika kita memaksakan kehendak malah kita yang terbeban.Kita boleh memacu diri agar mencapai apa yang kita tuju tetapi jangan sampai melewati batas kita sendiri.

Kamis, 15 Oktober 2020

Ubah Insecure Jadi Bersyukur

Felicia Evely Soetrisno 9B/6261

 

Setiap orang pasti ingin menjadi sempurna.Baik kesempurnaan secara materi, intelektual maupun fisik.Fisik seringkali menjadi masalah bagi seseorang jika tidak sesuai dengan apa yang menjadi standar umum.Mengakibatkan adanya rasa insecure.Ini juga dialami oleh Felicia Evely Soetrisno.

Evely selalu berpikir bahwa cantik itu harus memiliki kulit putih,wajah yang cantik,berat badan yang ideal,rambut yang bagus,pipi yang tirus,hidung yang mancung dan masih banyak lagi.Ia sering sekali merasa bahwa Ia tidak cantik karena tidak memenuhi kriteria tersebut.Ia merasa insecure ketika melihat teman sekolahnya yang berkulit putih,langsing,berambut lurus bagus,dan tentunya cantik.Ia juga sering membanding - bandingkan diringa dengan orang lain.Evely selalu murung ketika memikirkan hal tersebut.Hingga akhirnya membuat Evely jadi tidak percaya diri dengan penampilannya.

Akan tetapi,Ia sadar bahwa mindset tentang standar kecantikan tersebut salah.Perlahan lahan Ia mulai berhenti membanding-bandingkan dirinya dengan orang lain.Ia juga mulai belajar menerima dirinya apa adanya.Belajar menerima semua kekurangan yang dimilikinya dan yang terpenting mengubah pola pikir tentang standar kecantikan.Pada akhirnya Evely yang sekarang jauh lebih percaya diri dari yang sebelumnya.

Kata bersyukur mudah sekali diucapkan namun seringkali sulit untuk dilakukan. Pada kenyataannya banyak orang yang menyepelakan dan mengabaikannya, dan memilih untuk mengeluh serta menghakimi dirinya sendiri. Berhenti untuk menunggu dirimu menjadi sempurna, hadapilah semua yang ada didepanmu.

 

Rabu, 14 Oktober 2020

Mulailah dari Apa yang Sering Kita Lihat

oleh  Bernadine Adelia T. 

Cerita ini berawal saat dia masih di Sekolah Dasar. Seperti biasanya dia menjalankan kesehariannya  disekolah, saat pulang sekolah ia selalu melihat ada anak yang asik bermain basket. Pemandangan  itu selalu ada saat ia pulang dari sekolah, tanpa disadari dia mulai tertarik untuk bermain basket. Dia  juga mulai mengikuti ekskul yang diadakan di sekolah, berlatih berkali-kali dan saat itu lah ia dipilih  sebagai anggota basket inti. 

Waktu pun berjalan,,saat SMP dia tetap menjalankan ekskul di sekolahnya. Dan juga mengikuti  lomba basket yang ada disekolah. Saat itu dia masih merasa malu dan gugup karena banyak orang  yang melihat pertandingan itu dibelakang. Dia juga takut kalah karena keluarganya juga melihat  pertandingan tersebut. Keluarganya menyemangatinya meskipun pada awal masih tidak setuju  anaknya bermain basket karena takut mengganggu pelajarannya. Tetapi keluarga pun berpikiran  bahwa dia pintar dalam bermain basket, dia pun berusaha dan latihan berulang-ulang. 

Kemampuannya dalam bermain basket meningkat hari demi hari. Dia juga mengikuti perlombaan  yang diadakan untuk SMP, kepercayaan dalam dirinya juga meningkat dengan berjalannya waktu.  Tetapi semenjak dia sudah banyak mengikuti lomba, waktu untuk belajar tidak teratur. Orang tua  terkadang melarang dia untuk bermain basket dengan temannya. Tetapi itu tidak mengurangi   kepintaran dia dalam bermain basket. Dan saat ini dia berada di tahap akhir SMA, dia juga memiliki  banyak teman selain didalam sekolah.  

Setiap anak memiliki bakatnya masing-masing di bidang akademik maupun non-akademik, apapun  itu orang tua harus tetap men support anaknya. Selain membutuhkan kasih sayang dia juga  membutuhkan orang tua yang men support tentang apa yang dia jalani dalam hal positif.

 

Pernah Kehilangan Minat dan Motivasi? Ini Solusinya.

 oleh Imanelient Arkan

Pernahkah kalian merasakan bahwa diri kalian sendiri merupakan orang yang tidak terlalu penting, tidak pintar, atau di bawah orang lain sehingga ketertarikan atau minat kalian untuk berusaha berkurang? Hal itu juga terjadi pada Imanelient Arkan, seorang pelajar dari SMP Taruna Nusa Harapan. Namun, hal ini terjadi bukan karena ia tidak pintar, melainkan sebaliknya.

Diawali dari masuk sekolah dasar, muncul banyak pelajaran baru yang akan dipelajari oleh ia dan teman sekelasnya selama bersekolah di SD Taruna Nusa Harapan. Walaupun sebagian dari pelajaran tersebut tidak terlalu menarik, Arkan tetap berusaha untuk mengikuti pelajaran – pelajaran tersebut karena ia berharap bahwa pelajaran tersebut memiliki makna lain yang ia belum ketahui. Pertama kalinya diumumkan sebuah ulangan merupakan hal yang menarik bagi Arkan. Karena ini merupakan sebuah penilaian, maka ia rajin belajar untuk mendapatkan nilai yang terbaik untuk membanggakan kedua orang tuanya.

Hari dimana ulangan tersebut dibagi telah tiba. Arkan bangga terhadap dirinya sendiri karena hasilnya memuaskan. Ia ingin untuk mempertahankan nilai ini selama berada di kelas 1. Oleh karena itu, ia belajar lebih giat untuk ulangan – ulangan berikutnya. Pada rapor akhir semester, ia mendapatkan nilai total lebih dari 1000. Orang tua ia membelikan sebuah smartphone untuk Arkan karena hasil nilai rapor akhir semester yang tinggi dengan janji bahwa ia akan selalu rajin belajar.

Walaupun dengan kelebihan yang Arkan miliki, ia juga mempunyai beberapa kekurangan seperti sifat introvertnya. Sifat introvert sudah dimiliki oleh Arkan sejak kecil. Setiap tampil atau presentasi di depan kelas, ia selalu tidak percaya diri dilihat dari gerak tubuhnya. Arkan juga tidak terlalu aktif dalam bersosialisasi dengan teman sekelasnya, ia lebih suka untuk diam dengan sendirinya.

Ia sering ditanya, “Apa cita – citamu?” ia menjawab “Tidak tahu,” karena ia memang benar-benar tidak tahu apa cita – cita atau impiannya pada saat itu. Tidak mempunyai cita – cita maupun hobi atau kebiasaan yang suka dilakukan setiap hari. Jika ada pertanyaan seperti itu, maka ia menjawab dengan jawaban yangdibuat oleh dirinya sendiri.

Mulai dari kelas tiga, ia mulai mengenal keberadaan internet. Betapa luasnya dunia ini setelah diketahui adanya internet. Tidak hanya itu, di situlah ia temukan media hiburan baru yang berupa permainan atau game. Ia menghabiskan waktu lebih banyak untuk bermain daripada belajar sehingga kualitas belajarnya mulai menurun. Meskipun kualitas belajar Arkan menurun, nilai – nilai ulangannya masih diatas rata – rata. Hal ini justru membuat dia berpikir bahwa dia tidak perlu belajar (dengan giat) sama sekali karena nilai ulangannya akan tetap mendapatkan nilai yang bagus.

Akan tetapi, tugas yang diberikan oleh guru – guru menumpuk karena mayoritas waktu yang digunakan hanya untuk bermain saja. Arkan mulai sadar bahwa tugas – tugas yang diberikan tersebut hanyalah sebuah hal yang diulang – ulang yang diberikan kepada murid untuk dikerjakan. Tugas – tugas tersebut mudah ditemukan di internet. Hal ini mengubah pandangan ia terhadap guru – guru dan tugas beserta ulangan yang diberikan kepada ia dan teman – teman sekelasnya. Dia berpikir bahwa sebagian dari tugas tersebut hanya digunakan untuk mengisi nilai keterampilan pada rapor.

Tidak hanya itu, ia juga sadar bahwa nilai – nilai sikap beserta deskripsi tentang kemampuannya di setiap mata pelajaran yang ditulis di rapor tidak penting sama sekali dan hanya dibuat – buat. Hal ini membuat lebih berkurangnya kualitas belajar Arkan. Nilai ulangannya semakin menurun membuat ia bersikap pesimis jika mengerjakan soal ulangan berikutnya.

Dia selalu melebih – lebihkan kemampuannya disaat mengerjakan tugasnya walaupun dia tidak sepenuhnya mampu untuk melakukan apa yang dia pikirkan sebelumnya. Oleh karena itu, sebagian tugas tidak dapat dikerjakan secara maksimal. Ia sulit terpengaruh dari motivasi yang diberikan atau didengar agar dapat meningkatkan kualitas belajarnya karena ia sendiri tidak mendapatkan unsur semangat dan tidak terinspirasi sama sekali dari motivasi tersebut. Hanya dia yang dapat memotivasi dirinya sendiri.

Seiring berjalannya waktu, nilai ulangan Arkan menurun. Keinginan dan minatnya untuk berusaha atau belajar mulai hilang. Ia sendiri pun merasakannya. Sikap pesimis yang selalu berada di dalam pikirannya menahan dia untuk mencoba memperbaiki keadaannya sekarang.

Masuknya menuju kelas 1 SMP membuat ia ingat tentang masa lalunya yaitu pertama kalinya masuk ke SD beserta semangat belajarnya. Selain itu, dia juga mengingat janjinya saat dibelikan smartphone bahwa akan selalu rajin belajar. Arkan memutuskan untuk mengubah dirinya menjadi lebih baik dari pada sekarang dan sebelumnya. Karena ini merupakan pertama kalinya masuk ke SMP, ia juga ingin mengubah pandangan orang lain terhadapnya agar tidak sama seperti sebelumnya.

Setiap ada kesempatan untuk tampil atau presentasi di depan kelas, ia selalu berusaha untuk mengambil kesempatan itu dan maju untuk menghilangkan sifat tidak percaya dirinya. Ia juga berinteraksi dengan teman sekelasnya untuk menghapus sifat introvert yang ia miliki. Hal – hal negatif tentang pelajaran dan tugas yang iaselalu pikiran mulai dipendam karena hal – hal tersebut tidak boleh dijadikanalasan dia hilangan minatnya untuk belajar. Sebagai pelajar, ia mengetahui bahwa semua tugas yang dikerjakan dan semua pelajaran yang dipelajari akan selalu membawa m di dunia luar sekolah, seperti pikirannya disaat pertama kali masuk sekolah dasar.

Dengan tidak sengaja, Arkan menemukan sebuah hal yang sangat menarik yaitu pemrograman. Pemrograman merupakan hal yang menyenangkan baginya bukan hanya karena itu merupakan hal yang baru ia ketahui, mata pelajaran yang telah ia pelajari seperti matematika juga digunakan dalam pemrograman. Hal ini merupakan dorongan besar bagi Arkan untuk rajin belajar.

Semangat rajin belajar yang hampir memudar akhirnya muncul sekali lagi, ia kembali untuk rajin belajar agar nilai ulangannya kembali tinggi. Ia juga berusaha untuk mengerjakan tugasnya secara maksimal dan mengumpulkannya tepat waktu meskipun ia memiliki masalah lain. Dia sudah mulai percaya dengan dirinya sendiri dan sikap pesimis yang dulunya dimiliki mulai menghilang.

Pengalaman tersebut merupakan pengalaman yang bagus baginya untuk diceritakan kepada orang lain bahwa kehilangan minat untuk berusaha tidak hanya terjadi pada sebagian orang yang tidak pintar. Sebagian orang pasti pernah mengalami sesuatu masalah yang membuat mereka berhenti untuk berusaha. Namun, masalah itulah yang seharusnya digunakan sebagai dorongan untuk menunjukkan bahwa seorang individu dapat menyelesaikan masalahnya dan memperbaiki kesalahannya dengan cara berusaha.

 

Usaha Keras Itu Penting

 Maylisa Puspitasari 9B 6298

Maylisa Puspitasari atau yang biasa dipanggil May adalah siswa yang bisa dibilang biasa -biasa saja. May juga merupakan siswa yang tidak memiliki bakat yang menonjol untuk dibanggakan. 

 

May juga merupakan anak yang sangat pemalas. Bahkan di akhir pekan May lebih memilih untuk seharian di kamar daripada pergi jalan-jalan. Ibu nya pun merasakan hal tersebut. Karena ibunya merasa may sangat malas jadi ibunya pun mendaftarkan may les di sekolah. Di bamgku kelas 2 SD May pun mulai mengikuti les di sekolah. Perlahan lahan nilai May pun mulai meningkat 

 

Nilainya pun semakin meningkat, semester 1 May mendapatkan rangking 4 di kelasnya. May pun merasa bangga dengan hasilnya. Tapi tidak sampai situ saja, di semester 2 May merasa pede pede saja akan mendapatkan rangking 5 besar dan menyepelehkan pelajaran. May pun santai saja. Dengan sifat May yang menyepelehkan itu rangking May pun turun dari rangking 4 turun jadi rangking 8. Ibu May pun merasa kecewa.

May pun naik kelas 3 SD. Di kelas 3 SD ini ibu May tidak tanggung tanggung untuk mendaftarkan May di berbagai macam les mulai dari les di sekolah, les privat, les inggris, les mandarin bahkan les musik juga. Mau gak mau May mengikuti semua les yang didaftarkan ibunya tersebut. Perlahan lahan nilai May sudah mulai membaik dan meningkat. Di kelas 3 SD ini May pun mendapatkan rangking 5 di semester 1 dan 2. Nilai nilai May pun bisa dibilang cukup bagus walaupun rangkingnya naik turun. Ibu may pun memiliki ide untuk mendaftarkan may lomba lomba untuk sekedar mencari pengalaman baru. May pun mengiyakan ide ibunya tersebut. May mengikuti lomba matematika, bahasa inggris dan ipa. 

 

Lomba pun dimulai May pun merasa cukup tegang karena seperti nya banyak orang yang lebih hebat dari dia. Walaupun merasa tegang May tetap fokus mengerjakan soal lomba. May pun pasrah dengan hasilnya karena May tidak yakin akan menang. Pengumuman pun di mulai pertama diumumkan pelajaran IPA, dan May tidak berhasil memenangkan di pelajaran IPA. May pun merasa lebih pasrah lagi dengan hasilnya karena May yakin bahwa dia tidak akan memenangkan lomba tersebut. Ibu may pun berkata “tidak apa apa tidak menang ini kan baru pertama kali kalau kalah ya bisa jadi pengalaman, kalau menang ya alhamdulilah.” May pun berguman “oh iya ya ini kan baru pertama kali tapi moga saja menang walaupun juara harapan.” Pelajaran matematika pun diumumkan dan ternyata May mendapatkan juara harapan 2 May pun merasa senang walaupun harapan 2. Selanjutnya pelajaran bahasa inggris May pun tidak berekspektasi apa apa untuk menang karena May merasa soal lomba cukup sulit, dan ternyata May mendapatkan peringkat pertama. May pun merasa sangat bangga bahwa usahanya tidak sia sia, orang tua May juga merasa bangga dengan May. Karena May memenangkan lomba tersebut may bisa lanjut ke final. Final ini saingannya cukup kuat karena pesertanya tidak dari Mojokerto saja tapi dari 7 kota yang lain. May pun fokus mengerjakan soal dan berharap agar bisa menjadi juara. Dan tidak disangkan dengan usaha May tersebut May mendapatkan peringkat pertama di bahasa inggris. May dan orang tuanya pun merasa sangat bersyukur karena May mendapatkan peringkat pertama. Sejak saat itu May pun mulai mengikuti berbagai macam lomba.

May pun berada di bangku kelas 6. Kelas 6 yaitu masa masa terberat karena ada UN atau ujian nasional. Ibu May pun mengingatkan May untuk selalu giat belajar giat dan fokus pada pelajaran. May pun lebih giat belajar giat dan fokus pada pelajaran karena May ingin mendapatkan danem yang bagus. Tetapi ada dimana May merasa tertekan karena setiap try out bahasa indonesia May selalu mendapatkan nilai sekitar 80 tidak pernah menyentuh nilai 90 sama sekali. May pun berusaha untuk meningkatkan nilai bahasa indonesia. Segala jenis try out pun May coba untuk meningkatkan bahasa indonesia. 

 

UN pun akhirnya di mulai. May berdoa agar mendapatkan hasil yang memuaskan agar bisa membanggakan orang tuanya. May pun fokus mengerjakan soal UN dan tidak lupa mengecheck kembali agar tidak ada yang salah. May pun merasa lega karena sudah melewati rintangan tersebut yaitu mengerjakan soal UN. Tetapi, masih ada rintangan lagi yaitu menunggu pengemuman. Pengumuman hasil UN pun dibagikan dan Alhamdulillah may mendapatkan danem tertinggi di kelas dan ke 6 sekabupaten Mojokerto. Tidak itu saja nilai bahasa indonesia may juga tertinggi di kelas

 

May pun merasa bangga dengan hasil yang ia dapatkan dengan usaha kerasnya selama ini. May juga merasa bangga bisa membanggakan orang tuanya. May menyakini bahwa usaha keras memang harus dilakukan agar mendapatkan hasil yang dinginkan. Karena dengan mendapatkan hasil yang kita inginkan dengan usaha keras kita sendiri itu ada rasa tersendiri yang membuat kita bangga dengan diri kita sendiri.

 

Ingin Tambah Percaya Diri, Coba Gabung Dance

oleh  Felicia Mutiara Wira Agatha

Perempuan dengan tinggi 4’11 ini sudah menjalani 14 tahun masa hidupnya dengan susah maupun senang, sebut saja Arin. Jika dibandingkan dengan anak-anak seumurannya, masa-masa SD Arin sangatlah sibuk. Bisa dibilang dia memiliki jam terbang yang tinggi. Ia hampir menghabiskan masa SD-nya di luar sekolah.

Arin adalah anak yang suka takut dan tidak percaya diri jika disuruh mengikuti lomba. Ia takut untuk berdiri di atas panggung dan disaksikan oleh banyak orang. Arin sering terpilih mewakili sekolahnya untuk berpartisipasi dalam berbagai macam lomba mulai dari Gus Yuk, Siswa Berprestasi, sampai tari tradisi. Perempuan dengan tubuh mungil ini seringkali gagal tidak mendapat juara. Walaupun begitu, Ia tetap tidak menyerah hingga Ia berhasil mendapatkan piala kemenangan pertamanya saat mewakili kabupatennya.

Kata Mama Arin, “Nggak papa, ikut lomba apa aja buat pengalaman. Menang kalah nggak masalah, yang penting dapet pengalamannya”. Ia selalu bercerita kepada Arin, bahwa saat masih muda, Mama Arin juga sering mengikuti lomba tari tradisi dan modern.  Bisa dibilang, bakat tari Arin turun dari mamanya. Karena Arin sudah terbiasa mengikuti berbagai macam lomba, dia jadi makin percaya diri dan dapat menguasai panggung dengan mudahnya. 

Seiring berjalannya waktu, Arin semakin mendalami passion-nya dan sering lupa waktu karena terlalu sibuk dance. Ia sering pulang tiga jam lebih lama dari waktu jam pulang sekolahnya. Orang tua Arin khawatir dan menyarankan dirinya untuk berhenti dance saat masuk SMP karena hasil ujian yang didapatkannya saat SD kurang memuaskan. Arin tidak mau meninggalkan passionnya dan sebagai gantinya Ia berjanji pada orang tuanya untuk berusaha menyembangkan waktu belajar dengan dancenya. Akhirnya di SMP, Arin dikenal karena dancenya.

Arin merasa bersyukur karena di SD ia telah berpartisipasi banyak lomba. Karena pengalaman itu, sekarang Ia semakin percaya diri dan nyaman saat tampil di atas panggung. Ia bisa menarik kesimpulan bahwa Ia akan mengambil peluang yang ada di depan matanya yang pastinya akan berguna untuk masa depannya.

 

PERJUANGAN

 

Natasha Amelia Sutedjo

Devi adalah anak tunggal dari keluarga Pak Dono. Ia tinggal di sebuah desa terpencil. Ekonomi keluarga Pak Dono sangatlah minim. Mereka tinggal bersama di rumah yang sederhana. Devi sedih melihat Ayah dan Ibunya bekerja keras, namun ia hanya sekolah dan berdiam di rumah menunggu Ayah dan ibunnya pulang. Devi pun merasa kasihan dan ingin membantu Ayah dan Ibunnya. Ia berpikir untuk mengisi waktu luangnya untuk hal hal yang bermanfaat.

Devi berniat untuk menjual pukis kepada teman sekolahnya. Meskipun hasil nya tidak seberapa tapi itu lebih baik. Devi menjual pukis itu seharga 3.000 per pukis nya. Devi pun menawarkan pukis buatannya itu kepada teman temannya. Tidak disangka, teman teman Devi suka dengan pukis buatannya itu. Dalam 1 hari itu pukis Devi telah terjual semuannya. Devi bisa menjual 17 pukis sehari. Hasil jualan itu diberikan oleh Devi ke Ayahnya. Ayahnya pun merasa sedih melihat usaha Devi. Ayah Devi berjanji akan membahagiakan keluarga kecil mereka.

Beberapa hari setelah kejadian tersebut Ayah Devi mengumumkan sesuatu yang mengejutkan. Bahwa Ayah Devi berhasil melamar pekerjaan di perusahaan besar. Dan Ayah Devi bekerja dengan baik, akhirnya Ayah Devi mendapatkan promosi untuk naik jabatan pada perusahaan tersebut. Uang yang dihasilkan Ayah Devi sudah lebih dari cukup. Dan mereka pun membeli rumah yang jauh lebih besar dan layak dari sebelummnya.

KESABARAN

 oleh Nico Setiawan Winoto

Nico Setiawan Winoto biasa dipanggil Nico. Dia bersekolah di TNH dari Tk B. Dia adalah anak yang ceria dan jarang bermusuhan. Nico selalu mengumpulkan teman dari kecil. Karena menurutnya teman adalah hal yang berharga. Masa itu sangatlah bahagia penuh teman dan bermain bersama tanpa ada rasa benci sedikitpun. 

Masa itu hanya bertahan hingga Nico kelas 3. Saat kelas 3 mulai adanya kelompok-kelompok. Mulainya memilih-milih teman dan adanya permusuhan. Nico selalu dijauhin dan hanya ada beberapa yang dekat. 

Dimulai kelas 3 Nico dijauhin dan dibully. Ia ditolak dari pertemanan, dia selalu bersosialisasi walau sering tidak dianggap lalu ditinggal. Karena hal itu Nico mulai menyendiri. Lalu saat kelas 5 Nico mulai dibully, ia selalu dapat bully-an entah namanya diganti yang tidak seharusnya dan nama ejekan. Dia sudah selalu bilang jika jangan melakukan itu. Nico hanya men-sabarkan saja tanpa membalasnya hal itu berlangsung hingga SMP. Dia sudah pernah lapor guru, tapi tetap dibully. Ia rasanya ingin sekali membalas karena sudah tidak tahan. 

Saat SMP akhirnya bertemu beberapa teman yang mau menerima apa adanya tanpa mengejek dan mengucilkan. Walaupun sedikit mereka yang membuat Nico tetap sabar tidak mempedulikan. Ia tau jika dia tetap sabar makan hal bagus akan datang. 

 

Niatmu Harus Bisa Mengalahkan Keterbatasanmu

Cheryl Putri Henry / 9B / 6243

Saat itu saya duduk di bangku sekolah dasar lebih tepatnya kelas satu. Setelah lulus dari taman kanak kanak, saya merasa takut karena mengetahui bahwa saya akan naik ke kelas satu SD. Adanya ujian-ujian  membuat saya takut tidak bisa naik ke kelas selanjutnya yaitu kelas dua SD. Akhirnya saya berniat untuk  rajin belajar sehingga saya bisa mendapat nilai yang baik. 

Hari ujian pun tiba. Walaupun telah belajar saya tetap merasa gugup. Akan tetapi, niat saya untuk  mendapat nilai yang baik membuat saya semangat mengahadapi ujian saat itu. 

Masa ujian pun berakhir. Tak lama setelah ujian berakhir, tibalah hari di mana para wali murid datang untuk melihat nilai anak mereka masing-masing yaitu dengan menerima rapor. Pada hari tersebut saya tidak ikut mama saya ke sekolah untuk mengambil rapor sehingga saya memiliki rasa ingin tahu yang  sangat besar tentang nilai saya. Mama saya pun pulang dengan membawa rapor saya dan saudara saudara saya. Langsunglah saya menghampiri mama saya dan melihat nilai saya, dan saya tidak  menyangka bahwa saya mendapat nilai yang baik. Saya pun senang karena nilai yang baik itu bisa  membuat saya naik ke kelas dua SD dengan bangga. 

Di kelas dua pun saya masih memiliki niat untuk rajin belajar. Dan niat itu hanya bertahan hingga saya  duduk di bangku kelas lima SD. Saat kelas lima, saya menjadi anak yang malas. Setiap ada ujian yang akan  diadakan, saya tidak belajar dengan sungguh-sungguh. Saya tidak sadar bahwa kemalasan itu membawa  dampak yang buruk. Sejak saya kelas satu SD hingga kelas empat SD nilai saya selalu baik, tetapi saat di  kelas lima SD nilai saya menurun drastis. Hingga terkadang saya harus mengikuti remedial.  

Hari-hari pun berlalu dan saya pun naik ke kelas enam. Di masa itulah saya mulai sadar dan mulai rajin  untuk belajar. Walaupun nilai yang saya dapatkan tidak sebagus saat saya di kelas empat, saya tetap  senang karena saya bisa memulai lagi untuk mendapat nilai yang baik. 

Ujian Nasional pun diadakan dan saya mengikutinya dengan lancar. Saat itu saya hanya berpikir bahwa  tidak apa jika saya tidak mendapat nilai yang baik, yang penting saya bisa lulus.  

Akan tetapi saya tidak menyangka. Ketika acara perpisahan diadakan, disaat itulah dibacakan nilai terbaik  ujian nasional dan ujian sekolah pada murid seangkatan. Saya dipanggil, ternyata saya masuk lima besar  pada nilai terbaik ujian sekolah maupun ujian nasional. Saya sangat senang, dan akhirnya saya tahu bahwa niat adalah hal yang paling penting.  

Jangan memandang latar belakang seseorang karena seseorang dari keluarga kaya bisa saja bertukar  tempat dengan seseorang yang miskin hanya karena niat seorang miskin lebih kuat.

 

 


Selasa, 13 Oktober 2020

Fokus Itu Penting, Meski Kadang Harus Korbankan Yang Lain

 oleh : Valerina

Valerina adalah siswa SMP TNH. Saat SD, ia pernah memenangkan olimpiade IPA tingkat kota Mojokerto. Valerina mendapat peringkat dua. Ia sempat dikirim ke Surabaya sebagai perwakilan kota bersama pemenang juara 1 dan 3. Namun perjuangan dibalik itu tidak semudah yang dibayangkan.

 Valerina mengikuti pembinaan olimpiade IPA sejak kelas 4 hingga kelas 5. Setiap Jumat, Valerina mengikuti pembinaan bersama teman-teman yang lain.

 Di kelas 5, ada pengumuman mengenai lomba olimpiade tingkat kota. Seleksi akan diadakan untuk siswa yang mengikuti pembinaan. Hari-hari menjelang seleksi, Valerina mempersiapkan diri dengan belajar.

 Tiba saat pengumuman. Guru berkata jika Valerina dan satu temannya lulus seleksi dan terpilih untuk mengikuti olimpiade tingkat kota. Valerina sangat senang, usaha belajar untuk seleksi membuahkan hasil.

 Valerina dan temannya mengikuti pembinaan di hari sekolah, bahkan kadang di hari Sabtu. Materi demi materi diberikan, Valerina mengikutinya dengan mudah. Namun, ia harus mengikuti pembinaan menjelang lomba tingkat kota. Valerina sedikit takut, karena ia harus meninggalkan pelajaran sekolah selama pembinaan. Ia menyemangati diri, jika pelajaran sekolah masih bisa dikejar.

 Di hari olimpiade, Valerina merasa yakin pada dirinya sendiri. Ia sudah belajar dengan tekun untuk olimpiade ini. Valerina yakin, ia akan mendapat hasil yang baik.

 Hasil perlombaan diumumkan. Ternyata Valerina mendapat juara 2. Ia sangat senang, karena hasil belajarnya tidak sia-sia. 

 

Haruskah Belajar Seperti Orang Lain?

           oleh : ALBERT WILLIAM WIBISONO

Pernahkah teman-teman merasa belajar itu tak menarik? Membaca itu membosankan? Atau bahkan dibandingkan dengan orang lain saat belajar? Hal ini terjadi pada seorang pelajar asal Jawa Timur, mari simak bersama kisah anak laki-laki ini. 

            Di suatu kota kecil di Jawa Timur, ada seorang anak yang dianggap cara belajarnya unik menurut orang tuanya. Anak itu bernama Albert William, yang kerap dipanggil Albert. Saat ini, Albert sedang duduk di bangku kelas SMP kelas 9 di TNH. Beruntungnya, saat ini ia diberi kepercayaan untuk menjadi ketua OSIS. Anak dari keluarga sederhana ini sangat senang dapat belajar berorganiasi dan merasa bebas dalam belajar. Tak semudah itu, ada kisah yang berbekas di benak ketua OSIS ini.

            Sejak SD, anak kelahiran Surabaya ini tak suka belajar terlalu lama. Menurutnya, belajar terlalu lama itu cukup membosankan. Ia sering mengantuk saat belajar. Sangat susah untuk dapat duduk diam bagi Albert saat belajar. Menurutnya, belajar terlalu lama itu tak berguna. Hal ini menimbulkan berbagai reaksi dari orang tuanya.

            Sejak kecil, Albert selalu diminta oleh orang tuanya agar rajin belajar agar berprestasi di sekolah. Orang tuanya bermaksud positif, yakni agar Albert mendapatkan beasiswa untuk sekolah. Ia tak berasal dari keluarga yang kaya raya, sehingga harus mendapatkan nilai yang baik. Dalam maksudnya ini, orang tua Albert merasa Albert malas belajar. Mereka menganggap bahwa Albert lebih sering bermain karena sering memegang ponsel pintarnya. 

            Di satu sisi argumen Albert ini benar, karena tidak semua ilmu diajarkan di sekolah. Ilmu yang diberikan saat sekolah merupakan ilmu dasar. Bagaimana dengan pengetahuan mengenai dunia luar? Belum tentu diajarkan di sekolah. Inilah yang selalu ada di benaknya.

            Namun, tentu dalam setiap masalah ada pro dan kontra, tak terkecuali orang tuanya. Mereka beranggapan bahwa apakah bisa memahami semua pelajaran dalam waktu yang singkat? Mereka membandingkan Albert dengan kakaknya yang belajar dalam waktu yang lama. Mungkin maksud mereka baik, agar Albert mendapat nilai yang sempurna.

            Kakak dari anak kelahiran 4 Januari ini sangat gemar dalam belajar. Ia dapat belajar hingga 4 jam dalam sekali belajar. Hal ini berkebalikan dengan Albert yang hanya 15 menit saja. Menurutnya, belajar dalam waktu yang singkat tak akan mudah diingat. Inilah yang ada di pikiran semua orang.

            Albert merasa cukup tertekan karena selalu dibandingkan dengan kakaknya. Suatu hari, saat duduk di kelas 4, Albert mendapat nilai yang buruk dalam ulangan. Sesampainya di rumah, ia langsung ditegur orang tuanya karena malas belajar dan terlalu sering bermain game. Dan saat itu pula Albert dilarang bermain gawai dalam waktu yang cukup lama, yakni selama hampir sebulan. Ia hanya boleh menyentuh gawai saat diijinkan dan ketika mendesak. Hal ini membuat Albert merasa terpukul, karena ia sangat menyukai gawai.

            Benar saja, saat ujian kenaikan kelas, nilai yang diperolehnya biasa saja. Saat itu Albert sangat kacau pikirannya. Dipenuhi rasa marah, kecewa, sedih dan takut. Ia merasa bahwa dirinya bodoh dan tidak membanggakan. Saat menerima hasil belajarnya selama di kelas 4, nilai Albert cukup buruk menurutnya. Sekali lagi ia merasa sangat sedih dan tak dapat berbuat apapun.

            Setelah ditegur, orang tuanya berpesan agar saat kelas 5, ia belajar dengan lebih giat lagi. Namun tetap saja, ia belajar dengan caranya sendiri. Belajar sambil jalan-jalan dan berbicara. Duduk sebentar, lalu berdiri tak tahu hendak berbuat apa. Seperti biasa, ia ditegur kembali. Hingga suatu saat ketika hendak ujian, Albert tak dapat menahan amarahnya. Ia langsung membantah perkataan orang tuanya. Ia menyatakan bahwa ia akan tetap belajar dengan caranya sendiri dan ia meminta gawainya dikembalikan oleh orang tuanya. Saat itu terjadi perdebatan yang cukup lama. Pada akhirnya, dengan berbagai pertimbangan, akhirnya terjadilah sebuah kesepakatan.

            Kesepakatan ini cukup disenangi oleh Albert. Anak yang saat itu duduk di kelas 5 itu diberi kepercayaan untuk dapat belajar dengan caranya sendiri dan memegang gawai. Saat itu ia sangat senang mendengar kesepakatan itu. Menurutnya, kesepakatan ini sangat menguntungkannya. Namun, tak semudah itu, ada target yang harus dicapai. Mendapat nilai yang terbaiklah yang menjadi target yang harus dikejar. Tanpa pikir panjang, Albert langsung menyetujui kesepakatan tersebut. Dia beranggapan bahwa dengan sedikit mengubah cara belajarnya ia dapat memenuhi kesepakatan tersebut.

            Anak dengan ukuran sepatu 40 ini mulai mengubah kebiasaannya dengan tak bermain game di gawainya namun menggunakan gawainya sebagai sarana belajar. Ia senang belajar dengan gawainya dan memperhatikan gurunya menjelaskan dengan seksama. Namun ada satu hal yang tak berubah, yakni ia senang belajar sambil jalan-jalan di dalam rumah dan dalam waktu yang singkat.

            Akhirnya, tibalah waktu pembuktian dari kesepakatan ini. Saat itu,ada ujian akhir semester selama seminggu. Anak berusia 10 tahun ini merasa tegang dan khawatir. “Apakah saya mampu memenuhi kesepakatan ini?” Itulah yang terngiang di pikirannya. Seminggu itu anak ini belajar seperti biasa dan tak lupa berdoa. Tak terasa, seminggu pun berlalu, anak ini menyelesaikan ujian akhir semesternya. Ia merasa lega sekaligus khawatir akan hasil yang didapatkannya. 

            Sekitar dua minggu kemudian, ada panggilan orang tua untuk mengambil hasil belajar siswa selama satu semester. “Bagaimana hasilku?” Pertanyaan yang menghantui pikirannya. Tibalah hari di mana ayah dari anak kelas 5 ini mengambil rapornya. Setibanya di rumah, sang ayah masih tak memberi tahu apapun mengenai hasil belajarnya, ia menunggu ibunya pulang untuk memberi tahu hasilnya

            Sore harinya, Albert pun diberi tahu hasil belajarnya, dan luar biasa mengesankan, ia mendapat kembali juara 1 paralel di kelas 5 dengan nilai yang menurutnya cukup tinggi. Orang tua Albert pun merasa senang dan bangga terhadap anaknya. Mereka kembali berpesan bahwa Albert harus rajin belajar dan menimba ilmu dari mana saja.

            Mereka menyadari bahwa cara belajar setiap anak tidaklah sama. Tidak harus belajar lama untuk memahami, karena tingkat pemahaman setiap orang tidak sama pula. Yang terpenting ialah memanfaatkan teknologi dan waktu sebaik mungkin. Jangan lupa untuk berdoa dan bertanya bila belum paham mengenai materi. Penjelasan guru akan sangat memudahkan bila kita belum paham akan materi yang ingin kita pelajari.

 


BAHAN BACAAN TEKS DISKUSI

1. PRO KONTRA IBU KOTA NEGARA 2. BERBAHASA INGGRIS TIDAK NASIONALIS? 3. PRO KONTRA MAINAN LATO-LATO 4. KANTONG PLASTIK BERBAYAR 5. DAUR ULAN...