2. BERBAHASA INGGRIS TIDAK NASIONALIS?
3. PRO KONTRA MAINAN LATO-LATO
Di suatu hari aku datang ke sekolah pagi sekali bahkan tidak ada orang di kelas ku dan di kelas lain. Aku datang pagi sekali karena aku ingin mengerjakan pr ku , aku lupa mengerjakan pr, jadi aku mengerjakan nya di sekolah. Sekolah begitu sunyi tak seperti biasa nya yang selalu ramai. Saat aku sedang mengerjakan pr, aku mendengar suara langkah kaki, ku pikir itu hanya penjaga sekolah yang sedang berkeliling jadi tidak aku hirau kan saja.
Tapi suara langkah kaki itu tak kunjung berhenti jadi aku memeriksa keluar kelas. Saat aku keluar suara langkah kaki itu menghilang, aku bingung kenapa tiba tiba suara langkah kaki nya menghilang. Aku langsung masuk kelas dan berpikir bahwa pak penjaga sudah pergi pas dengan aku yang keluar kelas, lalu aku masuk ke kelas lagi dan melanjutkan mengerjakan pr. Tapi tiba tiba suara langkah kaki muncul lagi , lalu aku keluar kelas , dan suara langkah kaki itu hilang kembali, lalu aku memeriksa beberapa kelas karena ku pikir ada yang jail dari kelas sebelah , tetapi saat ku periksa , kelas sebelah tak ada orang sama sekali pun, bahkan tak ada tas yang terletak di bangku.
Aku pun bersembunyi dibalik pintu kelas ku dan berharap suara langkah kaki itu muncul kembali. Bener saja suara langkah kaki itu muncul kembali. Suara langkah kaki itu terdengar akan mendekati kelasku, lalu aku pun mengintip di celah celah pintu. Saat kulihat ternyata benar ada orang yang berjalan. Tapi saat ku lihat lihat lagi ternyata kaki yang berjalan itu terlihat pucat dan kaki nya agak tembus pandang dan aku sadar itu adalah hantu , aku pun ketakutan dan kembali ke tempat dudukku. Aku teringat dengan apa yang diceritakan oleh teman ku bahwa di lorong kelas selalu terdengar langkah kaki di malam hari. Dan teman ku mendapatkan cerita itu dari pengalaman pak penjaga shift malam.
Aku pun ketakutan , sangat ketakutan aku hanya menundukan kepala di meja dan menutup mata. Tetapi suara langkah kaki itu tak kunjung berhenti dan yang lebih menakutkan dia mengetuk ngetuk pintu kelas ku. Setelah berselang lama suara yang menakutkan itu pun hilang. Di pikiran ku hantu itu sudah masuk ke kelas ku dan memandang ku. Lalu tiba tiba badan ku di goyang goyangkan, aku pikir hantu itu yang menggoyangkan badan ku , saat ku intip sedikit ternyata Bu Wati ( guru kelasku) yang melakukan nya. Bu wati pikir aku sedang tidur jadi dia membangun kan ku. Saat aku bangun, aku menceritakan apa yang aku alami. Bu Wati hanya tertawa berpikir aku sedang bercanda, lalu Bu Wati pergi keluar, Bu Wati bilang dia mau ke toilet, setelah keluar kelas Bu Wati masuk kembali dan mengucapkan selamat pagi kepada ku. Aku heran dan bertanya "Loh Bu guru ga jadi ketoilet?" , Bu Wati bingung dan menanya balik "Kapan saya berkata saya ingin ke toilet?".Saat itu aku sadar bahwa guru yang ku ajak bicara tentang kejadian yang ku Alami itu bukanlah guruku melainkan hantu yang menggangguku.
Tamat
oleh Difa Aurelia
Kami berempat diam membisu setelah acara selesai. Acara yang sebenarnya kami tunggu – tunggu sejak 2 bulan lalu, kini berakhir begitu saja. Kuperhatikan, semua temanku berekspresi masam, padahal gaun hitam yang mereka pakai terlihat cantik. Sayang sekali jika mereka memasang ekspresi seperti itu. Aku jadi penasaran alasan mengapa mereka kompak berekspresi seperti itu.
“Beberapa menit yang lalu kurasa kalian terlihat sangat bahagia di dalam sana, setelah acara selesai kenapa jadi begini?” tanyaku kepada mereka berempat.
Dalam waktu yang sama ketiga temanku menoleh bersamaan, memasang muka tak percaya. “Lea, bukankah kau harusnya tau setelah melihat suasana disini?” Mala, gadis itu membuka matanya lebar – lebar terlihat murka. Mendengarkan perkataan Mala, kuperhatikan sekeliling, memang suasana nya terlihat berbeda dari biasanya, tidak terasa ramai, asik, atau seru sekalipun. Seluruh atmosfir di ruangan ini bahkan tidak mengeluarkan suara, hening. Hanya terdengar suara pergantian jam yang berbunyi setiap detiknya. Bahkan kegelapan langit diluar jendela sana seakan akan mewakilkan perasaan mereka.
“Aku tau suasananya berbeda, tapi aku tidak mengerti kenapa kalian harus diam membisu seperti ini.
Ini kan hari kelulusan kita, kenapa malah sedih?” Tanyaku terdengar tak yakin, bahkan justru mungkin membuat mereka makin emosi.
“Justru itu Lea, ini hari kelulusan kita sekaligus hari perpisahan kita!” Jelas Yoni dengan nada yang meninggi. “Setelah kita lulus dari SMP ini, kita akan melanjutkan sekolah di tempat yang berbeda – beda. Itu yang membuat kami sedih,” tambahnnya.
Kucermati perkataan Yoni sekali lagi, tiba – tiba aku merasakan hal yang sama. Benar juga yang dikatakan Yoni, aku sama sekali tidak terpikirkan hal itu. Dalam sekejap, awan mendung yang berada di langit– langit pikiran kami berubah menjadi hujan badai yang besar. Kini suasananya makin memburuk. “Acara kelulusan ini juga membuatku sadar, bahwa perjalanan kita menempuh pendidikan bersama sudah sampai titik ini saja.” Tegas Kayla yang berhasil menohok perasaan kita semua dengan melempari fakta – fakta itu. “Ayolah, setiap ada pertemuan pasti ada perpisahan kan? Meskipun begitu lain kali kita kan bisa bertemu kembali.”
Ucapku menenangkan mereka. Padahal, saat ini perasaanku tidak jauh berbeda dengan mereka, sama – sama sedihnya. Tapi mau bagaimana lagi, hari ini hari terakhir kita sebelum memulai ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi lagi, yaitu ke SMA.
Seperti setitik bintang dikegelapan malam, aku tiba – tiba kepikiran untuk mengajak mereka bermain bersama. Akan aku perjelas lagi, bermain bersama untuk terakhir kalinya di tahun ini. Meskipun suatu saat nanti kita dapat bertemu kembali, pertemuan itu tidak lagi dapat dilakukan semudah ini, aku yakin itu. “Malam - malam begini memang kita bisa bermain dimana?” Tanya Mala padaku. “Dimana saja, asalkan kita dapat bersenang – senang bersama.” Jawabku.
“Aku ada salah satu tempat wisata yang lebih seru dikunjungi saat malam hari, setahuku ada street food dan tempat foto disana. Kalian mau ?” Tanya Yoni sambil melirik bergantian kearah kami bertiga.
“Dimana?”
“Alun – alun Mojokerto lah.”
Setelah memakan waktu yang tak lama, kami berempat sampai di tujuan, masuk ke salah satu tempat wisata yang menurut Yoni paling baik dimanfaatkan untuk menghabiskan waktu bersama, yaitu Alun – Alun Mojokerto. Kulihat banyak pengunjung disana, berfoto ria di tempat miniatur candi – candi khas daerah kami.
Banyak lampu – lampu berwarna – warni ikut memeriahkan tempat itu. Tepat saat itu juga wajah ketiga temanku berubah menjadi ceria. Seakan awan mendung di pikiran mereka berhasil tertutupi oleh pelangi. Aku turut senang melihatnya Mereka langsung heboh mencari tempat – tempat yang akan dikunjungi pertama.
Apalagi, ada seseorang memutar musik kekinian, yang membuat kami ikut tenggelam dalam melodi – melodi itu.
“Kita disini mau ngapain dulu?” Ucap Yoni dengan nada yang meninggi agar suaranya terdengar dari ramainya suara pengunjung. “Hah? Coba ulangin sekali lagi, gak denger!” perintah Mala menanggapi ucapan Yoni. “Kita disini mau ngapain duluuuu!” Jawab Yoni sambil menggunakan kedua tangannya seolah – olah ia menggunakan speaker. Ingin menanggapi ucapan Yoni, aku langsung berpikir dan memperhatikan sekitar, menatap warna warni yang terlihat mencolok dimataku. “Itu spot foto, kita foto bareng dulu gimana? foto terakhir masa – masa SMP, hehe.” Ucapan Kayla seakan berhasil membaca pikiranku, baru saja aku akan mengatakan hal yang sama. Seperti lampu yang dimatikan bersamaan, semuanya mengangguk setuju dengan kompak.
Setelah beberapa kalimat yang diobrolkan dengan tukang foto, akhirnya kami mulai berdiri dan bergaya ala kadarnya. Berdiam di tempat seperti patung, menunggu cahaya dari kamera itu muncul. "Oke kak diam disitu, bagus! 1.. 2.. 3!" Cekrik! dalam waktu yang bersamaan, aku hanya dapat melihat warna putih.
Kornea mataku seakan terkejut akibat datangnya cahaya yang datangnya tiba - tiba saat itu. "Gimana mas, bagus gak hasilnya?" Yoni membuyarkan lamunanku, ia berjalan maju mendekati laki - laki itu untuk melihat hasil fotonya.
"Bagus sekali kak, kalau boleh tau kalian habis mendatangi suatu acara ya?" Tanya pria yang kami tak tau namanya. Mungkin setelah melihat pakaian kami yang mungkin terlihat mencolok. Kami hanya tersenyum pahit menanggapinya. Karena tiba – tiba merasa ingat kembali tentang perpisahan itu. “Ya sudah, sebentar lagi larut malam, sekarang kita habiskan waktu sepuasnya!” Seru Kayla.
Setelah bermain, bercanda, dan tertawa selama beberapa hitungan jam, inilah saatnya kami berpisah karena sudah larut malam. Dari ekspresi yang sedih menjadi senang, sekarang ekspresi itu menjadi sedih kembali. Suasana menjadi lebih hening, karena kami menyingkir ke tempat yang jauh lebih tenang. “Oke, jangan lupain satu sama lain ya. Inget, sebelum bahkan setelah pandemi berakhir kita masih temenan. Jadi kita harus pertahanin ini terus.” Tegas Mala pada kita bertiga. “Nggak nyangka ya waktu berjalan secepet ini.”
Tambah Yoni. “Semoga kita semua sukses ya di sekolah baru kita, jangan lupa saling ngabarin!” Perintah Kayla.
“Yaudah, kita pisah disini ya. Semoga hari ini jadi salah satu kenangan terbaik kalian semasa hidup.”
Begitulah akhir dari perpisahan kami. Kami memiliki tujuan dan mimpi dengan jalan yang berbeda.
Jadi kami tahu, perjalanan untuk menempuh pendidikan bersama sudah sampai di titik ini saja. Kuharap hubungan pertemanan seperti ini tidak akan pernah berakhir.
Pada suatu hari di kerajaan mojopahit hiduplah 5 bersaudara Sukma, Shima, Raden,Juna dan si bungsu Sanjira. Mereka hidup berlima tanpa ada pendamping dikarenakan ratu di saat melahirkan Sanjira, lalu ayah mereka sendiri sang raja meninggalkan mereka dikarenakan menikah dengan ratu yang berasal dari kerajaan lain di Mojopahit. Mereka mempunyai kelebihan dari nenek moyang yaitu sebuah kekuatan berupa air, Sukma dapat mengendalikan air, Raden dapat membuat air menjadi alat transportasi, Shima dan Juna dapat membuat naga air, sedangkan Sanjira dapat dikatakan spesial karena hanya dialah yang satu-satunya dari lima bersaudara ini yang tak mempunyai sebuah kelebihan apapun dalam mengendalikan air. Namun, Sanjira tak pernah patah semangat walaupun para kakaknya sering membuatnya sakit hati, ia terus berlatih pantang menyerah namun naas hasilnya tidak pernah sesuai harapan. Hari ini merupakan hari yang sangat ditunggu-tunggu oleh mereka tidak lupa dengan Sanjira juga walaupun kekuatannya masih dibawah rata rata, hari ini merupakan hari dimana seleksi ksatria kerajaan dibuka dengan mengikuti ini nama keluarga mereka akan terangkat. Sebelum pertandingan dimulai ada sedikit cekcok antara mereka, "Hei Sanjira apa yang kau lakukan dengan tangan tak berguna itu, tak ada gunanya kau berlatih" Ucap Sukma kakak tertua. Sanjira yang mendengar itu merasa seperti tersambar petir, ia menunduk menangis sedangkan empat kakanya hanya ketawa mengejek. Sebelum mereka meninggalkannya, Raden kakak sulung ketiga berkata, "Jika kau tidak bisa mengendalikan kekuatan keturunan nenek moyang kita, berhentilah. Kau hanya akan mempermalukan keluarga kami, " Ucap Raden sebelum meninggalkan Sanjira. Sanjira merasa tak nyaman, ia tak mengerti mengapa saudaranya sangat membencinya. Nomer peserta dipanggil secara berurut, banyak peserta yang membuat Sanjira kagum, mulai dari Kerajaan Majapahit barat hingga timur, dan saat ini adalah giliran Sanjira ia merasa gugup. Banyak mata yang tertuju kepada Sanjira, Sanjira berusaha keras menunjukkan bahwa ia bisa, ia mulai mengambil tongkat bantuannya untuk mengendalikan air, ia mengarahkan tongkatnya ke depan lalu perlahan lahan muncullah sebuih air kecil yang perlahan berubah menjadi semakin besar dan besar, tak disangka air tersebut sudah sebesar setengah badan Sanjira, penonton dibuat takjub akan penampilannya. Namun, entah karena gangguan apa tiba tiba tongkat pengendali air Sanjira terjatuh, dan naas nya lagi bola air yang membesar itu mengarah ke Sanjira dan ia pun masuk kedalam bola air yang dibuatnya sendiri. "Tolong... Tolong..... " Pinta Sanjira, semua yang menonton ikut kebingungan syukurnya terdapat satu orang yang bisa menghentikannya, hanya sekedar mengedipkan mata tiga kali dan lenyaplah bola air itu. Sekujur badan Sanjira sangatlah lemas, ia berbaring lemas dengan badan yang basah kuyup, Shima yang melihat adiknya terkujur dengan badan basah kuyup pun langsung menghampirinya lalu membacakan mantra agar bisa membuatnya kering kembali. Sanjira sekarang merasa sangat malu, tapi ia tidak akan putus semangat. Setelah insiden yang terjadi tadi Sanjira meninggalkan arena seleksi kesatria iya melarikan diri dari kakak-kakaknya sudah parah penonton yang ada disana tidak terkecuali para juri, ia berlari hingga ke hutan terpencil hingga ia menemukan sebuah batu besar, didudukinya batu itu dan ia mulai bertapa. Tahun terus berganti dan ia pun tetap bertapa, hingga di sela sela bertapa nya terdapat suara seorang wanita, "Anakku, carilah buah Mojo, makanlah, setelah itu pergilah ke kerajaan muasalmu Nak. " Deg, Sanjira seketika itu langsung membuka matanya ia melihat sekitar dan dicarinya suara itu, namun ternyata tiada orang sama sekali. Sesuai arahan dari wanita yang tak tau siapa itu, ia pun dua hari semalam pun mencari buah yang bernama buah Mojo, disela sela pencariannya, tak tau darimana terdapat seorang wanita tua yang sedang membawa kayu jati, Sanjira yang mengetahui itu pun langsung membantu nya, "Nek, ijinkanlah saya, Sanjira, membantu membawakanmu ini sampai rumah engkau, " Di ucapnya. Nenek itu pun tersenyum tipis lalu mengiyakan tawaran Sanjira, ia pun memberikan sebagian kayu jati yang dibawanya lalu memberikannya kepada Sanjira. Sepanjang perjalanan tak ada pembicaraan, hanya terdapat langkah kaki mereka, hingga pada akhirnya sampai lah mereka pada tujuan mereka, yaitu rumah si nenek, rumahnya kecil seperti gubuk, Sanjira pun meletakkannya di sebuah kursi panjang depan rumah si nenek. Ketika Sanjira ingin berpamitan pulang, si nenek menahannya dan meminta ia membuka tangannya, diberikanlah satu buah, " Aku tidak bisa membayarnya dengan sebuah barang mewah, aku hanya bisa memberikan satu buah Mojo ini. " Sanjira tersenyum sangat lebar, ini adalah buah Mojo yang sedang ia cari, ia pun sangat berterimakasih kepada sang nenek, "Terimakasih nek, aku sedang mencari buah ini namun tak kunjung kutemukan, jika begitu aku pamit terlebih dahulu, sampai bertemu kembali, " Pamit Sanjira sambil menampakkan senyumnya yang sangat manis. Ia perlahan-lahan memakan buah Mojo tersebut sambil menahan rasa pahitnya, ia makan sambil membaca sebuah mantra yang pernah ia baca dalam buku lama ibunya. Sanjira pun kembali ke asal muasal ia dilahirkan yaitu di Kerajaan Majapahit ia dari tadi kebingungan, ia merasa badannya sangat kuat. Sampailah ia di Desa Mojopahit ia sangat kebingungan karena dilihatnya desa itu gersang tidak berpenghuni ia pun sangat panik, ia berlari menuju pusat dari desa tersebut yaitu kerajaannya. Ia sangat kaget karena ditatapnya Sukma dan Shima tergusur lemas sedangkan Raden dan Juna berjuang mati-matian melawan seorang laki laki yaitu raja api. Sanjira sangat bingung, ia harus melakukan apa sedangkan, kekuatannya pun tidak pernah maksimal, dengan bermodalkan doa dan juga mantra dari buku lama ibunya, ia pun memberanikan diri untuk melawan raja api tersebut ia mulai menggerak gerakan tangannya sambil memejamkan mata ia langsung mengarahkan tangannya kepada sang raja lalu muncullah seorang ular yang membesar menjadi sebuah naga dan hap! Naga air buatan Sanjira tersebut pun telah memakan sekujur tubuh sang penjahat. Raden dan Juna pun menoleh kepada asal muasal kekuatan tersebut, dan dilihat nya Sanjira mereka sangat mengagumj kekuatan dari yang Sanjira berikan. Sanjira hanya tersenyum lembut kepada Raden dan Juna ia pun langsung menghampiri a
Sanjira lalu mengatakan, "Apakah engkau tidak apa-apa? Dari mana saja kau selama ini? Kami merindukanmu," Ucap mereka, tanpa mengatakan apapun Sanjira langsung memeluk mereka lalu mengatakan, "Aku juga merindukan kalian, " Lalu tiba tiba mata Sanjira tertuju kepada kedua kakak sulungnya yaitu Sukma dan Shima yang terkujur lemas, ia langsung berlari menghampirinya, " Kak, bertahan lah sebentar lagi, aku akan mencari cara untuk membuatmu sadar kembali, " Lalu ia mengeluarkan buku kecil yang ia temukan disaat ia berjalan mencari buah Mojo, ia bacakan perlahan sambil mengelus setiap helaian rambut dua kakak sulungnya. Aneh, sangat aneh, mereka yang tadi nya lemas perlahan lahan dapat bangkit, mereka langsung memeluk Sanjira disusul oleh kedua kakak laki lakinya yaitu Juna dan Raden,mereka bersama berpelukan sambil banjir air mata. Sanjira memiliki hati yang sangat tulus, walau dia diasingkan oleh para kakaknya, ia tetap bisa memaafkannya. Masih banyak cerita yang belum terungkap di cerpen ini, tetaplah itu menjadi sebuah misteri yang tak akan terungkap
oleh : CHERYL PUTRI HENRY
Sebagai pelajar kita harus rajin belajar, meskipun mendapat nilai yang jelek dalam suatu ulangan kita tidak boleh menyerah dan putus asa. Pelajari kesalahan-kesalahan yang telah kita perbuat sehingga kita bisa mendapat hasil yang lebih baik. Jika mendapat nilai yang baik kita tidak boleh sombong dan jika kita mendapat nilai yang jelek, kita harus berusaha dan belajar lebih giat agar bisa mendapat nilai yang baik.
Kita sebagai kaum muda tidak boleh mudah menyerah. Seperti yang disampaikan oleh Jack Ma, kita harus belajar dari kesalahan. Semua orang pasti pernah membuat suatu kesalahan tetapi kita tidak boleh putus asa karena kesalahan yang telah kita perbuat. Jangan pernah menganggap bahwa kesalahan adalah suatu kegagalan, jadikanlah kesalahan tersebut sebagai pengalaman yang paling berharga dalam hidup kita agar kita bisa termotivasi untuk berlatih dan bangkit dari kesalahan itu. Karena orang sukses pun pasti pernah membuat kesalahan, dan karena kesalahan itulah mereka berusaha lagi sehingga bisa menjadi orang sukses.
Jangan menjadikan orang paling sukses sebagai patokan kesuksesan kita. Mulailah dulu dari orang yang ada di sekitar kita. Jangan pernah merasa tidak mampu untuk menjadi orang sukses. Berusaha dan berlatihlah agar kita bisa menjadi orang sukses. Setiap orang memiliki cara yang berbeda untuk menjadi sukses, jadi jangan terlalu mengikuti cara orang lain karena belum tentu kita bisa sukses dari cara orang lain itu karena setiap orang juga memiliki kemampuan yang berbeda-beda.
oleh : BERNADINE ADELIA TRI HAPSARI
Kelas 9 adalah tahun dimana kita menentukan jurusan dan tujuan yang akan kita ambil, tidak kalah susahnya dengan murid kelas 12 yang harus cepat bergerak dalam memilih kuliah dan jurusannya. Untuk mencapai tujuan yang diinginkan tidak segampang dan semudah yang kita pikirkan. Saya yang baru saja menginjak umur 14 tahun di kelas 9 ini merasa sangat berat untuk memilih berada di sekolah mana. Setiap hari memikirkan apa yang akan terjadi dikehidupan nantinya. Ketakutan saya akan gagal selalu muncul yang membuatku tidak bisa tidur nyenyak. Tetapi itu tidak bisa membuatku terus terpuruk dalam kesedihan, karna diluar sana pasti ada kesulitan yang lebih.
Jack Ma berkata, “ Tantangan yang sebenarnya adalah ketika kamu meninggalkan perguruan tinggi, kehidupan yang sebenarnya dimulai, ujian yang sebenarnya dimulai, tes yang sebenarnya dimulai”. Orang yang selalu menerima kesalahan dan kegagalannya adalah orang yang mempunyai peluang untuk sukses. Peluang itu tidak akan terjadi jika kita tidak mau gagal dan salah.
Hal yang selalu aku ingat adalah “ aku harus mencoba dan keluar dari zona nyamanku”. Kata-kata itu membuatku terus ingin melakukan sesuatu yang tak biasa ku lakukan. Dan yang kita butuhkan juga adalah kepercayaan diri karna ketika kita tidak tahan akan kesulitan, banyak orang yang lebih ingin menyerah. Itulah kehidupan.
oleh : Imanelient Arkan
Sebagai pelajar, kewajiban mereka (dan saya) adalah menuntut ilmu yang akan dimanfaatkan di masa depan. Sesusah apapun tantangannya di masa pendidikan tetap harus diusahakan dengan kerja keras dan pantang menyerah. Tantangan-tantangan di masa pendidikan merupakan kunci untuk menyelesaikan tantangan-tantangan di masa setelah lulus dari perguruan tinggi. Banyak pelajar yang mengatakan bahwa mereka ingin cepat selesai sekolah agar dapat hidup dengan “bebas”, yang tidak disadari oleh mereka adalah bahwa masa hidup “bebas” mereka lebih lama daripada masa dimana mereka masih dapat menuntut ilmu pendidikan. Bagaimana kita menyikapi dan bagaimana kinerja kita pada masa pendidikan merupakan bagaimana kita menghadapi masa setelah pendidikan.
Kegagalan merupakan hal yang biasa terjadi. Orang-orang sukses pun juga mengalaminya pawa awalnya. Namun, bukan artinya kegagalan itu dibiarkan saja karena semua orang juga mengalami hal yang sama, melainkan mengambil hikmah dari kegagalan tersebut – apa yang perlu ditingkatkan agar tidak terjadi lagi di masa depan. Berhenti berusaha untuk memperbaiki kesalahan atau kegagalan tersebut tidak akan menghasilkan apa-apa. Menjadi sukses diperlukan pengorbanan tenaga, waktu, dan pikiran. Kesuksesan tidak dapat muncul secara tiba-tiba didepan mata jika hanya bergantung dengan keberuntungan tanpa adanya usaha.
Seperti apa yang dikatakan oleh Jack Ma (pendiri perusahaan e-commerce terbesar di Tiongkok: Alibaba Group), jangan berpikir bahwa orang-orang yang sukses telah mengambil pekerjaan kalian. Jangan membidik terlalu tinggi, masih ada lagi peluang-peluang lain yang dapat diambil di sekitar kalian. Beliau memberikan nasihat pada generasi muda untuk tidak pantang menyerah, walaupun kesempatan untuk sukses belum ada.
Bercermin pada kehidupan sehari-hari sebagai pelajar, terkadang ada momen yang mengecewakan kita atau membuat kita stres. Namun momen-momen itulah yang akan membentuk kehidupan kita di masa depan. Ulangan yang dibagikan, tugas yang diberikan, dan hal yang dipelajarkan merupakan hal yang kita terima dan lakukan dengan baik. Selagi kita masih memiliki waktu di masa pendidikan, lebih baik kita menggunakan waktu tersebut semaksimal mungkin agar tidak menjadi sia-sia di hari kemudian.
Imanelient Arkan
9B
6274
OLEH : ALBERT WILLIAM WIBISONO
Apa makna
dari kiriman ini? Aku tak dapat membukanya tanpa dirimu. Makhluk berkepala
datar datang membuka penutup wajah yang melindungi kepalanya. Mengetuk sembari
memanggil namaku. Tak kuhiraukan, karena kuharap hanya kau yang memanggil
namaku. Sunyi senyap menghantui rumahku kembali beberapa menit kemudian. Resah,
takut, dan gelisah menghantuiku.
Kuberanikan diri membuka pintu dan betapa sedihnya diriku tak melihatnya datang. Sebuah amplop tergeletak tanpa daya di depan rumahku. Secarik kertas menemani sepinya dunia ini. Kuangkat dengan penuh perasaan. Masuk ke kediaman di atas kenap yang aman.
Kubaca risalah itu, dan dengan bodohnya kusadar itu darimu sayangku. Kuratapi dengan mengurut dada. Iya, semua yang kuterima lengkap beserta debur ombak yang kau janjikan. Namun, ada yang mengganjal di dada yang sakit ini. Apakah makna semua ini?
Kerinduan? Kebencian? Atau perpisahan? Aku tak berani menerka lebih jauh. Aku hanya memikirkan apa yang terjadi padamu saat ini. Apa yang kau
lakukan demi mengirim hadiah ini untukku seorang gadis desa yang tak memiliki
apapun? Kubaca cerita sembari duduk di awan putih diselimuti angin yang meniupku perlahan.
Sembari membaca, kujamah senja yang kaukirim menemani surat ini.
Betapa sedihnya diriku melihatmu bersusah payah memberi senja hanya untuk
diriku. Sayangku, aku hendak bertanya, kapan kau akan hadir sendiri menemani
diriku? Ruang hampa, rotan, dan kayu yang menemaniku setiap saat. Ku berharap kau dapat menemaniku di gubukku yang sederhana ini. Mengisi hari bersama, waktu tak terasa lama duduk di awan tanpa nama.
Dengan ini kukirimkan pula kerinduanku padamu, dengan cium, peluk, dan bisikan terhangat, dari sebuah tempat yang paling sunyi di dunia.
Daniel Putra Wijaya 9B/6247
Daniel Putra adalah
anak yang keras kepala dan giat belajar.Dari tk hingga smp dia selalu dibimbing
orang tuanya untuk belajar dengan baik agar nilainya bagus.Alhasil dari tk
sampai smp Daniel mendapat nilai yang cukup baik meskipun sering mendapat nilai
yang kurang memuaskan.Tetapi ada kisah unik dibalik cara belajar si Daniel ini.
Saat tk dia diajar oleh ibunya sendiri untuk berhitung dan menghafalkan huruf,angka dan sebagainya.Guru tk nya pun selalu kagum karena perkembangan Daniel sangat baik dalam belajar.Dia juga selalu mendapat pujian dari gurunya.
Beranjak sd pun nilainya masih tetap stabil tetapi saat menginjak kelas 6 stress mulai menghantui.Nilai nilai penilaian harian miliknya menurun.Remedial pun mulai banyak didapat.Hal tersebut terjadi karena Daniel mulai sering bermain game daripada belajar.Sejak itu orang tuanya memaksanya menghapus game yang membuat nilai Daniel menurun.
Akhirnya Daniel pun naik kelas ke jenjang SMP.Nilai nilai nya pun masih juga menurun tidak seperti saat sd.Hal tersebut membuat nya sedih karena teman teman lainnya membalap nilainya.Lalu dia memutuskan untuk belajar terus menerus agar nilainya dapat berubah,tetapi bukannya nilai.bagus yang didapat melainkan nilai jelek.Daniel.pun semakin bingung dan sedih mengapa ini terjadi.Dia pun tetap berambisi untuk belajar terus menerus tanpa berhenti.
Lalu suatu hari mamanya menasehati Daniel agar dia tidak selalu berambisi untuk belajar dan malah melewati kemampuanya yang akan menghasilkan dampak buruk.Mamanya menasehati agar jika belajar,pelajari saja yang memang menjadi inti pelajaran nya saja dan juga harus pintar memilah milah.Juga hilangkan rasa khawatir akan nilai jelek jugak teman yang nilai nya lebih baik.Lalu Daniel menurutinya dan dia mengurangi cara belajar nya yang dulu dan mulai lebih santai untuk belajar.Dia juga menyeimbangkan game dan pelajaran.Alhasil ternyata nasehat ibunya benar dan nilainya pun berhasil meningkat.
Mulai saat itu Daniel menuruti apa yang mamanya katakan.Dia mengerti jika kita memaksakan kehendak malah kita yang terbeban.Kita boleh memacu diri agar mencapai apa yang kita tuju tetapi jangan sampai melewati batas kita sendiri.
Felicia Evely
Soetrisno 9B/6261
Setiap orang pasti
ingin menjadi sempurna.Baik kesempurnaan secara materi, intelektual maupun
fisik.Fisik seringkali menjadi masalah bagi seseorang jika tidak sesuai dengan
apa yang menjadi standar umum.Mengakibatkan adanya rasa insecure.Ini juga
dialami oleh Felicia Evely Soetrisno.
Evely selalu berpikir
bahwa cantik itu harus memiliki kulit putih,wajah yang cantik,berat badan yang
ideal,rambut yang bagus,pipi yang tirus,hidung yang mancung dan masih banyak
lagi.Ia sering sekali merasa bahwa Ia tidak cantik karena tidak memenuhi
kriteria tersebut.Ia merasa insecure ketika melihat teman sekolahnya yang
berkulit putih,langsing,berambut lurus bagus,dan tentunya cantik.Ia juga sering
membanding - bandingkan diringa dengan orang lain.Evely selalu murung ketika memikirkan
hal tersebut.Hingga akhirnya membuat Evely jadi tidak percaya diri dengan
penampilannya.
Akan tetapi,Ia sadar
bahwa mindset tentang standar kecantikan tersebut salah.Perlahan lahan Ia mulai
berhenti membanding-bandingkan dirinya dengan orang lain.Ia juga mulai belajar
menerima dirinya apa adanya.Belajar menerima semua kekurangan yang dimilikinya
dan yang terpenting mengubah pola pikir tentang standar kecantikan.Pada
akhirnya Evely yang sekarang jauh lebih percaya diri dari yang sebelumnya.
Kata bersyukur mudah
sekali diucapkan namun seringkali sulit untuk dilakukan. Pada kenyataannya
banyak orang yang menyepelakan dan mengabaikannya, dan memilih untuk mengeluh
serta menghakimi dirinya sendiri. Berhenti untuk menunggu dirimu menjadi
sempurna, hadapilah semua yang ada didepanmu.
oleh Bernadine Adelia T.
Cerita ini berawal saat dia masih di Sekolah Dasar. Seperti biasanya dia menjalankan kesehariannya disekolah, saat pulang sekolah ia selalu melihat ada anak yang asik bermain basket. Pemandangan itu selalu ada saat ia pulang dari sekolah, tanpa disadari dia mulai tertarik untuk bermain basket. Dia juga mulai mengikuti ekskul yang diadakan di sekolah, berlatih berkali-kali dan saat itu lah ia dipilih sebagai anggota basket inti.
Waktu pun berjalan,,saat SMP dia tetap menjalankan ekskul di sekolahnya. Dan juga mengikuti lomba basket yang ada disekolah. Saat itu dia masih merasa malu dan gugup karena banyak orang yang melihat pertandingan itu dibelakang. Dia juga takut kalah karena keluarganya juga melihat pertandingan tersebut. Keluarganya menyemangatinya meskipun pada awal masih tidak setuju anaknya bermain basket karena takut mengganggu pelajarannya. Tetapi keluarga pun berpikiran bahwa dia pintar dalam bermain basket, dia pun berusaha dan latihan berulang-ulang.
Kemampuannya dalam bermain basket meningkat hari demi hari. Dia juga mengikuti perlombaan yang diadakan untuk SMP, kepercayaan dalam dirinya juga meningkat dengan berjalannya waktu. Tetapi semenjak dia sudah banyak mengikuti lomba, waktu untuk belajar tidak teratur. Orang tua terkadang melarang dia untuk bermain basket dengan temannya. Tetapi itu tidak mengurangi kepintaran dia dalam bermain basket. Dan saat ini dia berada di tahap akhir SMA, dia juga memiliki banyak teman selain didalam sekolah.
Setiap anak memiliki bakatnya masing-masing di bidang akademik maupun non-akademik, apapun itu orang tua harus tetap men support anaknya. Selain membutuhkan kasih sayang dia juga membutuhkan orang tua yang men support tentang apa yang dia jalani dalam hal positif.
oleh Imanelient Arkan
Pernahkah kalian merasakan bahwa diri kalian sendiri merupakan
orang yang tidak terlalu penting, tidak pintar, atau di bawah orang lain
sehingga ketertarikan atau minat kalian untuk berusaha berkurang? Hal itu juga
terjadi pada Imanelient Arkan, seorang pelajar dari SMP Taruna Nusa Harapan.
Namun, hal ini terjadi bukan karena ia tidak pintar, melainkan sebaliknya.
Diawali dari masuk sekolah dasar, muncul banyak pelajaran baru yang akan dipelajari oleh ia dan teman sekelasnya selama bersekolah di SD Taruna Nusa Harapan. Walaupun sebagian dari pelajaran tersebut tidak terlalu menarik, Arkan tetap berusaha untuk mengikuti pelajaran – pelajaran tersebut karena ia berharap
bahwa pelajaran tersebut memiliki makna lain yang ia belum ketahui. Pertama kalinya diumumkan sebuah ulangan merupakan hal yang menarik bagi Arkan. Karena ini merupakan sebuah penilaian, maka ia rajin belajar untuk mendapatkan nilai yang terbaik untuk membanggakan kedua orang tuanya.
Hari dimana ulangan tersebut dibagi telah tiba. Arkan bangga terhadap dirinya sendiri karena hasilnya memuaskan. Ia ingin untuk mempertahankan nilai ini selama berada di kelas 1. Oleh karena itu, ia belajar lebih giat untuk ulangan –
ulangan berikutnya. Pada rapor akhir semester, ia mendapatkan nilai total lebih dari 1000. Orang tua ia membelikan sebuah smartphone untuk Arkan karena hasil nilai rapor akhir semester yang tinggi dengan janji bahwa ia akan selalu rajin belajar.
Walaupun dengan kelebihan yang Arkan miliki, ia juga mempunyai beberapa kekurangan seperti sifat introvertnya. Sifat introvert sudah dimiliki oleh Arkan sejak
kecil. Setiap tampil atau presentasi di depan kelas, ia selalu tidak percaya diri dilihat dari gerak tubuhnya. Arkan juga tidak terlalu aktif dalam bersosialisasi dengan teman sekelasnya, ia lebih suka untuk diam dengan
sendirinya.
Ia sering ditanya, “Apa cita – citamu?” ia menjawab “Tidak tahu,” karena ia memang benar-benar tidak tahu apa cita – cita atau impiannya pada saat itu. Tidak
mempunyai cita – cita maupun hobi atau kebiasaan yang suka dilakukan setiap
hari. Jika ada pertanyaan seperti itu, maka ia menjawab dengan jawaban yangdibuat oleh dirinya sendiri.
Mulai dari kelas tiga, ia mulai mengenal keberadaan internet. Betapa luasnya dunia ini setelah diketahui adanya internet. Tidak hanya itu, di situlah ia temukan media
hiburan baru yang berupa permainan atau game. Ia menghabiskan waktu lebih banyak untuk bermain daripada belajar sehingga kualitas belajarnya mulai menurun. Meskipun kualitas belajar Arkan menurun, nilai – nilai ulangannya masih diatas rata – rata. Hal ini justru membuat dia berpikir bahwa dia tidak perlu belajar (dengan giat) sama sekali karena nilai ulangannya akan tetap mendapatkan nilai yang bagus.
Akan tetapi, tugas yang diberikan oleh guru – guru menumpuk karena mayoritas waktu yang digunakan hanya untuk bermain saja. Arkan mulai sadar bahwa tugas – tugas yang diberikan tersebut hanyalah sebuah hal yang diulang – ulang yang diberikan kepada murid untuk dikerjakan. Tugas – tugas tersebut mudah ditemukan di internet. Hal ini mengubah pandangan ia terhadap guru – guru dan tugas beserta
ulangan yang diberikan kepada ia dan teman – teman sekelasnya. Dia berpikir bahwa sebagian dari tugas tersebut hanya digunakan untuk mengisi nilai keterampilan pada rapor.
Tidak hanya itu, ia juga sadar bahwa nilai – nilai sikap beserta deskripsi tentang
kemampuannya di setiap mata pelajaran yang ditulis di rapor tidak penting sama
sekali dan hanya dibuat – buat. Hal ini membuat lebih berkurangnya kualitas belajar Arkan. Nilai ulangannya semakin menurun membuat ia bersikap pesimis
jika mengerjakan soal ulangan berikutnya.
Dia selalu melebih – lebihkan kemampuannya disaat mengerjakan tugasnya walaupun dia tidak sepenuhnya mampu untuk melakukan apa yang dia pikirkan sebelumnya. Oleh karena itu, sebagian tugas tidak dapat dikerjakan secara maksimal. Ia sulit terpengaruh dari motivasi yang diberikan atau didengar agar dapat meningkatkan kualitas belajarnya karena ia sendiri tidak mendapatkan unsur semangat dan tidak terinspirasi sama sekali dari motivasi tersebut. Hanya dia yang dapat memotivasi dirinya sendiri.
Seiring berjalannya waktu, nilai ulangan Arkan menurun. Keinginan dan minatnya untuk berusaha atau belajar mulai hilang. Ia sendiri pun merasakannya. Sikap pesimis yang selalu berada di dalam pikirannya menahan dia untuk mencoba memperbaiki keadaannya sekarang.
Masuknya menuju kelas 1 SMP membuat ia ingat tentang masa lalunya yaitu pertama kalinya masuk ke SD beserta semangat belajarnya. Selain itu, dia juga mengingat janjinya saat dibelikan smartphone bahwa akan selalu rajin belajar. Arkan memutuskan untuk mengubah dirinya menjadi lebih baik dari pada sekarang
dan sebelumnya. Karena ini merupakan pertama kalinya masuk ke SMP, ia juga ingin mengubah pandangan orang lain terhadapnya agar tidak sama seperti
sebelumnya.
Setiap ada kesempatan untuk tampil atau presentasi di depan kelas, ia selalu berusaha untuk mengambil kesempatan itu dan maju untuk menghilangkan sifat tidak percaya dirinya. Ia juga berinteraksi dengan teman sekelasnya untuk menghapus sifat introvert yang ia miliki. Hal – hal negatif tentang pelajaran dan tugas yang iaselalu pikiran mulai dipendam karena hal – hal tersebut tidak boleh dijadikanalasan dia hilangan minatnya untuk belajar. Sebagai pelajar, ia mengetahui
bahwa semua tugas yang dikerjakan dan semua pelajaran yang dipelajari akan
selalu membawa m di dunia luar sekolah, seperti pikirannya disaat pertama
kali masuk sekolah dasar.
Dengan tidak sengaja, Arkan menemukan sebuah hal yang sangat menarik yaitu
pemrograman. Pemrograman merupakan hal yang menyenangkan baginya bukan hanya karena itu merupakan hal yang baru ia ketahui, mata pelajaran yang telah ia
pelajari seperti matematika juga digunakan dalam pemrograman. Hal ini merupakan dorongan besar bagi Arkan untuk rajin belajar.
Semangat rajin belajar yang hampir memudar akhirnya muncul sekali lagi, ia kembali untuk rajin belajar agar nilai ulangannya kembali tinggi. Ia juga berusaha untuk mengerjakan tugasnya secara maksimal dan mengumpulkannya tepat waktu meskipun ia memiliki masalah lain. Dia sudah mulai percaya dengan dirinya sendiri dan sikap pesimis yang dulunya dimiliki mulai menghilang.
Pengalaman tersebut merupakan pengalaman yang bagus baginya untuk diceritakan kepada orang lain bahwa kehilangan minat untuk berusaha tidak hanya terjadi pada sebagian orang yang tidak pintar. Sebagian orang pasti pernah mengalami sesuatu masalah yang membuat mereka berhenti untuk berusaha. Namun, masalah itulah yang seharusnya digunakan sebagai dorongan untuk menunjukkan bahwa seorang individu dapat menyelesaikan masalahnya dan memperbaiki kesalahannya dengan cara berusaha.
Maylisa Puspitasari 9B 6298
Maylisa Puspitasari atau yang biasa
dipanggil May adalah siswa yang bisa dibilang biasa -biasa saja. May juga
merupakan siswa yang tidak memiliki bakat yang menonjol untuk dibanggakan.
May juga merupakan anak yang sangat
pemalas. Bahkan di akhir pekan May lebih memilih untuk seharian di kamar
daripada pergi jalan-jalan. Ibu nya pun merasakan hal tersebut. Karena ibunya
merasa may sangat malas jadi ibunya pun mendaftarkan may les di sekolah. Di
bamgku kelas 2 SD May pun mulai mengikuti les di sekolah. Perlahan lahan nilai
May pun mulai meningkat
Nilainya pun semakin meningkat,
semester 1 May mendapatkan rangking 4 di kelasnya. May pun merasa bangga dengan
hasilnya. Tapi tidak sampai situ saja, di semester 2 May merasa pede pede saja
akan mendapatkan rangking 5 besar dan menyepelehkan pelajaran. May pun santai
saja. Dengan sifat May yang menyepelehkan itu rangking May pun turun dari
rangking 4 turun jadi rangking 8. Ibu May pun merasa kecewa.
May pun
naik kelas 3 SD. Di kelas 3 SD ini ibu May tidak tanggung tanggung untuk
mendaftarkan May di berbagai macam les mulai dari les di sekolah, les privat,
les inggris, les mandarin bahkan les musik juga. Mau gak mau May mengikuti
semua les yang didaftarkan ibunya tersebut. Perlahan lahan nilai May sudah
mulai membaik dan meningkat. Di kelas 3 SD ini May pun mendapatkan rangking 5
di semester 1 dan 2. Nilai nilai May pun bisa dibilang cukup bagus walaupun
rangkingnya naik turun. Ibu may pun memiliki ide untuk mendaftarkan may lomba
lomba untuk sekedar mencari pengalaman baru. May pun mengiyakan ide ibunya
tersebut. May mengikuti lomba matematika, bahasa inggris dan ipa.
Lomba pun dimulai May pun merasa
cukup tegang karena seperti nya banyak orang yang lebih hebat dari dia.
Walaupun merasa tegang May tetap fokus mengerjakan soal lomba. May pun pasrah
dengan hasilnya karena May tidak yakin akan menang. Pengumuman pun di mulai
pertama diumumkan pelajaran IPA, dan May tidak berhasil memenangkan di
pelajaran IPA. May pun merasa lebih pasrah lagi dengan hasilnya karena May
yakin bahwa dia tidak akan memenangkan lomba tersebut. Ibu may pun berkata
“tidak apa apa tidak menang ini kan baru pertama kali kalau kalah ya bisa jadi
pengalaman, kalau menang ya alhamdulilah.” May pun berguman “oh iya ya ini kan
baru pertama kali tapi moga saja menang walaupun juara harapan.” Pelajaran
matematika pun diumumkan dan ternyata May mendapatkan juara harapan 2 May pun
merasa senang walaupun harapan 2. Selanjutnya pelajaran bahasa inggris May pun
tidak berekspektasi apa apa untuk menang karena May merasa soal lomba cukup sulit,
dan ternyata May mendapatkan peringkat pertama. May pun merasa sangat bangga
bahwa usahanya tidak sia sia, orang tua May juga merasa bangga dengan May.
Karena May memenangkan lomba tersebut may bisa lanjut ke final. Final ini
saingannya cukup kuat karena pesertanya tidak dari Mojokerto saja tapi dari 7
kota yang lain. May pun fokus mengerjakan soal dan berharap agar bisa menjadi
juara. Dan tidak disangkan dengan usaha May tersebut May mendapatkan peringkat
pertama di bahasa inggris. May dan orang tuanya pun merasa sangat bersyukur
karena May mendapatkan peringkat pertama. Sejak saat itu May pun mulai
mengikuti berbagai macam lomba.
May pun
berada di bangku kelas 6. Kelas 6 yaitu masa masa terberat karena ada UN atau
ujian nasional. Ibu May pun mengingatkan May untuk selalu giat belajar giat dan
fokus pada pelajaran. May pun lebih giat belajar giat dan fokus pada pelajaran
karena May ingin mendapatkan danem yang bagus. Tetapi ada dimana May merasa
tertekan karena setiap try out bahasa indonesia May selalu mendapatkan nilai
sekitar 80 tidak pernah menyentuh nilai 90 sama sekali. May pun berusaha untuk
meningkatkan nilai bahasa indonesia. Segala jenis try out pun May coba untuk
meningkatkan bahasa indonesia.
UN pun akhirnya di mulai. May
berdoa agar mendapatkan hasil yang memuaskan agar bisa membanggakan orang
tuanya. May pun fokus mengerjakan soal UN dan tidak lupa mengecheck kembali
agar tidak ada yang salah. May pun merasa lega karena sudah melewati rintangan
tersebut yaitu mengerjakan soal UN. Tetapi, masih ada rintangan lagi yaitu
menunggu pengemuman. Pengumuman hasil UN pun dibagikan dan Alhamdulillah may
mendapatkan danem tertinggi di kelas dan ke 6 sekabupaten Mojokerto. Tidak itu
saja nilai bahasa indonesia may juga tertinggi di kelas
May pun merasa bangga dengan hasil
yang ia dapatkan dengan usaha kerasnya selama ini. May juga merasa bangga bisa
membanggakan orang tuanya. May menyakini bahwa usaha keras memang harus
dilakukan agar mendapatkan hasil yang dinginkan. Karena dengan mendapatkan
hasil yang kita inginkan dengan usaha keras kita sendiri itu ada rasa
tersendiri yang membuat kita bangga dengan diri kita sendiri.
oleh Felicia Mutiara Wira Agatha
Perempuan
dengan tinggi 4’11 ini sudah menjalani 14 tahun masa hidupnya dengan susah
maupun senang, sebut saja Arin. Jika dibandingkan dengan anak-anak seumurannya,
masa-masa SD Arin sangatlah sibuk. Bisa dibilang dia memiliki jam terbang yang
tinggi. Ia hampir menghabiskan masa SD-nya di luar sekolah.
Arin adalah anak yang suka takut dan tidak percaya diri jika disuruh mengikuti lomba. Ia takut untuk berdiri di atas panggung dan disaksikan oleh banyak orang. Arin sering terpilih mewakili sekolahnya untuk berpartisipasi dalam berbagai macam lomba mulai dari Gus Yuk, Siswa Berprestasi, sampai tari tradisi. Perempuan dengan tubuh mungil ini seringkali gagal tidak mendapat juara. Walaupun begitu, Ia tetap tidak menyerah hingga Ia berhasil mendapatkan piala kemenangan pertamanya saat mewakili kabupatennya.
Kata Mama Arin, “Nggak papa, ikut lomba apa aja buat pengalaman. Menang kalah nggak masalah, yang penting dapet pengalamannya”. Ia selalu
bercerita kepada Arin, bahwa saat masih muda, Mama Arin juga sering mengikuti lomba tari tradisi dan modern. Bisa dibilang, bakat tari Arin turun dari
mamanya. Karena Arin sudah terbiasa mengikuti berbagai macam lomba, dia jadi makin percaya diri dan dapat menguasai panggung dengan mudahnya.
Seiring berjalannya waktu, Arin semakin mendalami passion-nya dan sering lupa waktu karena terlalu sibuk dance. Ia sering pulang tiga jam lebih lama dari waktu jam pulang sekolahnya. Orang tua Arin khawatir dan menyarankan dirinya untuk berhenti dance saat masuk SMP karena hasil ujian yang didapatkannya saat SD kurang memuaskan. Arin tidak mau meninggalkan passionnya dan sebagai gantinya Ia berjanji pada orang tuanya untuk berusaha menyembangkan waktu belajar dengan dancenya. Akhirnya di SMP, Arin dikenal karena dancenya.
Arin merasa bersyukur karena di SD ia telah berpartisipasi banyak lomba. Karena pengalaman itu, sekarang Ia semakin percaya diri dan nyaman saat tampil di atas panggung. Ia bisa menarik kesimpulan bahwa Ia akan mengambil
peluang yang ada di depan matanya yang pastinya akan berguna untuk masa
depannya.
Natasha Amelia Sutedjo
Devi adalah anak tunggal dari keluarga Pak Dono. Ia tinggal di sebuah
desa terpencil. Ekonomi keluarga Pak Dono sangatlah minim. Mereka tinggal
bersama di rumah yang sederhana. Devi sedih melihat Ayah dan Ibunya bekerja
keras, namun ia hanya sekolah dan berdiam di rumah menunggu Ayah dan ibunnya
pulang. Devi pun merasa kasihan dan ingin membantu Ayah dan Ibunnya. Ia
berpikir untuk mengisi waktu luangnya untuk hal hal yang bermanfaat.
Devi berniat untuk menjual pukis kepada teman sekolahnya. Meskipun hasil nya tidak seberapa tapi itu lebih baik. Devi menjual pukis itu seharga 3.000 per pukis nya. Devi pun menawarkan pukis buatannya itu kepada teman temannya. Tidak disangka, teman teman Devi suka dengan pukis buatannya itu. Dalam 1 hari itu pukis Devi telah terjual semuannya. Devi bisa menjual 17 pukis sehari. Hasil jualan itu diberikan oleh Devi ke Ayahnya. Ayahnya pun merasa sedih melihat usaha Devi. Ayah Devi berjanji akan membahagiakan keluarga kecil mereka.
Beberapa hari setelah kejadian tersebut Ayah Devi mengumumkan sesuatu yang mengejutkan. Bahwa Ayah Devi berhasil melamar pekerjaan di perusahaan besar. Dan Ayah Devi bekerja dengan baik, akhirnya Ayah Devi mendapatkan promosi untuk naik jabatan pada perusahaan tersebut. Uang yang dihasilkan Ayah Devi sudah lebih dari cukup. Dan mereka pun membeli rumah yang jauh lebih besar dan layak dari sebelummnya.
oleh Nico Setiawan Winoto
Nico Setiawan Winoto biasa dipanggil Nico. Dia bersekolah di TNH
dari Tk B. Dia adalah anak yang ceria dan jarang bermusuhan. Nico selalu
mengumpulkan teman dari kecil. Karena menurutnya teman adalah hal yang
berharga. Masa itu sangatlah bahagia penuh teman dan bermain bersama tanpa ada
rasa benci sedikitpun.
Masa itu hanya bertahan hingga Nico kelas 3. Saat kelas 3 mulai adanya kelompok-kelompok. Mulainya memilih-milih teman dan adanya permusuhan. Nico selalu dijauhin dan hanya ada beberapa yang dekat.
Dimulai kelas 3 Nico dijauhin dan dibully. Ia ditolak dari pertemanan, dia selalu bersosialisasi walau sering tidak dianggap lalu ditinggal. Karena hal itu Nico mulai menyendiri. Lalu saat kelas 5 Nico mulai dibully, ia selalu dapat bully-an
entah namanya diganti yang tidak seharusnya dan nama ejekan. Dia sudah selalu bilang jika jangan melakukan itu. Nico hanya men-sabarkan saja tanpa
membalasnya hal itu berlangsung hingga SMP. Dia sudah pernah lapor guru, tapi tetap dibully. Ia rasanya ingin sekali membalas karena sudah tidak tahan.
Saat SMP akhirnya bertemu beberapa teman yang mau menerima apa adanya tanpa mengejek dan mengucilkan. Walaupun sedikit mereka yang membuat Nico tetap sabar tidak mempedulikan. Ia tau jika dia tetap sabar makan hal bagus akan datang.
Cheryl Putri Henry / 9B / 6243
Saat itu saya duduk di bangku
sekolah dasar lebih tepatnya kelas satu. Setelah lulus dari taman kanak kanak,
saya merasa takut karena mengetahui bahwa saya akan naik ke kelas satu SD.
Adanya ujian-ujian membuat saya takut tidak bisa naik ke kelas
selanjutnya yaitu kelas dua SD. Akhirnya saya berniat untuk rajin belajar
sehingga saya bisa mendapat nilai yang baik.
Hari ujian pun tiba. Walaupun telah belajar saya tetap merasa gugup. Akan tetapi, niat saya untuk mendapat nilai yang baik membuat saya semangat mengahadapi ujian saat itu.
Masa ujian pun berakhir. Tak lama setelah ujian berakhir, tibalah hari di mana para wali murid datang untuk melihat nilai anak mereka masing-masing yaitu dengan menerima rapor. Pada hari tersebut saya tidak ikut mama saya ke sekolah untuk mengambil rapor sehingga saya memiliki rasa ingin tahu yang sangat besar tentang nilai saya. Mama saya pun pulang dengan membawa rapor saya dan saudara saudara saya. Langsunglah saya menghampiri mama saya dan melihat nilai saya, dan saya tidak menyangka bahwa saya mendapat nilai yang baik. Saya pun senang karena nilai yang baik itu bisa membuat saya naik ke kelas dua SD dengan bangga.
Di kelas dua pun saya masih memiliki niat untuk rajin belajar. Dan niat itu hanya
bertahan hingga saya duduk di bangku kelas lima SD. Saat kelas lima, saya
menjadi anak yang malas. Setiap ada ujian yang akan diadakan, saya tidak
belajar dengan sungguh-sungguh. Saya tidak sadar bahwa kemalasan itu
membawa dampak yang buruk. Sejak saya kelas satu SD hingga kelas empat SD nilai saya selalu baik, tetapi saat di kelas lima SD nilai saya menurun
drastis. Hingga terkadang saya harus mengikuti remedial.
Hari-hari pun berlalu dan saya pun naik ke kelas enam. Di masa itulah saya mulai sadar dan mulai rajin untuk belajar. Walaupun nilai yang saya dapatkan tidak sebagus saat saya di kelas empat, saya tetap senang karena saya bisa
memulai lagi untuk mendapat nilai yang baik.
Ujian Nasional pun diadakan dan saya mengikutinya dengan lancar. Saat itu saya hanya berpikir bahwa tidak apa jika saya tidak mendapat nilai yang baik, yang penting saya bisa lulus.
Akan tetapi saya tidak menyangka. Ketika acara perpisahan diadakan, disaat itulah dibacakan nilai terbaik ujian nasional dan ujian sekolah pada murid seangkatan. Saya dipanggil, ternyata saya masuk lima besar pada nilai terbaik ujian sekolah maupun ujian nasional. Saya sangat senang, dan akhirnya saya tahu bahwa niat adalah hal yang paling penting.
Jangan memandang latar belakang seseorang karena seseorang dari keluarga kaya bisa saja bertukar tempat dengan seseorang yang miskin hanya karena niat seorang miskin lebih kuat.
oleh : Valerina
Valerina adalah siswa SMP TNH. Saat SD,
ia pernah memenangkan olimpiade IPA tingkat kota Mojokerto. Valerina mendapat
peringkat dua. Ia sempat dikirim ke Surabaya sebagai perwakilan kota bersama
pemenang juara 1 dan 3. Namun perjuangan dibalik itu tidak semudah yang
dibayangkan.
oleh : ALBERT WILLIAM WIBISONO
Pernahkah teman-teman merasa belajar itu tak menarik? Membaca itu membosankan? Atau bahkan dibandingkan dengan orang lain saat belajar? Hal ini terjadi pada seorang pelajar asal Jawa Timur, mari simak bersama kisah anak laki-laki ini.
Di suatu kota kecil di Jawa Timur, ada seorang anak yang dianggap cara belajarnya unik menurut orang tuanya. Anak itu bernama Albert William, yang kerap dipanggil Albert. Saat ini, Albert sedang duduk di bangku kelas SMP kelas 9 di TNH. Beruntungnya, saat ini ia diberi kepercayaan untuk menjadi ketua OSIS. Anak dari keluarga sederhana ini sangat senang dapat belajar berorganiasi dan merasa bebas dalam belajar. Tak semudah itu, ada kisah yang berbekas di benak ketua OSIS ini.
Sejak SD, anak kelahiran Surabaya ini tak suka belajar terlalu lama. Menurutnya, belajar terlalu lama itu cukup membosankan. Ia sering mengantuk saat belajar. Sangat susah untuk dapat duduk diam bagi Albert saat belajar. Menurutnya, belajar terlalu lama itu tak berguna. Hal ini menimbulkan berbagai reaksi dari orang tuanya.
Sejak kecil, Albert selalu diminta oleh orang tuanya agar rajin belajar agar berprestasi di sekolah. Orang tuanya bermaksud positif, yakni agar Albert mendapatkan beasiswa untuk sekolah. Ia tak berasal dari keluarga yang kaya raya, sehingga harus mendapatkan nilai yang baik. Dalam maksudnya ini, orang tua Albert merasa Albert malas belajar. Mereka menganggap bahwa Albert lebih sering bermain karena sering memegang ponsel pintarnya.
Di satu sisi argumen Albert ini benar, karena tidak semua ilmu diajarkan di sekolah. Ilmu yang diberikan saat sekolah merupakan ilmu dasar. Bagaimana dengan pengetahuan mengenai dunia luar? Belum tentu diajarkan di sekolah. Inilah yang selalu ada di benaknya.
Namun, tentu dalam setiap masalah ada pro dan kontra, tak terkecuali orang tuanya. Mereka beranggapan bahwa apakah bisa memahami semua pelajaran dalam waktu yang singkat? Mereka membandingkan Albert dengan kakaknya yang belajar dalam waktu yang lama. Mungkin maksud mereka baik, agar Albert mendapat nilai yang sempurna.
Kakak dari anak kelahiran 4 Januari ini sangat gemar dalam belajar. Ia dapat belajar hingga 4 jam dalam sekali belajar. Hal ini berkebalikan dengan Albert yang hanya 15 menit saja. Menurutnya, belajar dalam waktu yang singkat tak akan mudah diingat. Inilah yang ada di pikiran semua orang.
Albert merasa cukup tertekan karena selalu dibandingkan dengan kakaknya. Suatu hari, saat duduk di kelas 4, Albert mendapat nilai yang buruk dalam ulangan. Sesampainya di rumah, ia langsung ditegur orang tuanya karena malas belajar dan terlalu sering bermain game. Dan saat itu pula Albert dilarang bermain gawai dalam waktu yang cukup lama, yakni selama hampir sebulan. Ia hanya boleh menyentuh gawai saat diijinkan dan ketika mendesak. Hal ini membuat Albert merasa terpukul, karena ia sangat menyukai gawai.
Benar saja, saat ujian kenaikan kelas, nilai yang diperolehnya biasa saja. Saat itu Albert sangat kacau pikirannya. Dipenuhi rasa marah, kecewa, sedih dan takut. Ia merasa bahwa dirinya bodoh dan tidak membanggakan. Saat menerima hasil belajarnya selama di kelas 4, nilai Albert cukup buruk menurutnya. Sekali lagi ia merasa sangat sedih dan tak dapat berbuat apapun.
Setelah ditegur, orang tuanya berpesan agar saat kelas 5, ia belajar dengan lebih giat lagi. Namun tetap saja, ia belajar dengan caranya sendiri. Belajar sambil jalan-jalan dan berbicara. Duduk sebentar, lalu berdiri tak tahu hendak berbuat apa. Seperti biasa, ia ditegur kembali. Hingga suatu saat ketika hendak ujian, Albert tak dapat menahan amarahnya. Ia langsung membantah perkataan orang tuanya. Ia menyatakan bahwa ia akan tetap belajar dengan caranya sendiri dan ia meminta gawainya dikembalikan oleh orang tuanya. Saat itu terjadi perdebatan yang cukup lama. Pada akhirnya, dengan berbagai pertimbangan, akhirnya terjadilah sebuah kesepakatan.
Kesepakatan ini cukup disenangi oleh Albert. Anak yang saat itu duduk di kelas 5 itu diberi kepercayaan untuk dapat belajar dengan caranya sendiri dan memegang gawai. Saat itu ia sangat senang mendengar kesepakatan itu. Menurutnya, kesepakatan ini sangat menguntungkannya. Namun, tak semudah itu, ada target yang harus dicapai. Mendapat nilai yang terbaiklah yang menjadi target yang harus dikejar. Tanpa pikir panjang, Albert langsung menyetujui kesepakatan tersebut. Dia beranggapan bahwa dengan sedikit mengubah cara belajarnya ia dapat memenuhi kesepakatan tersebut.
Anak dengan ukuran sepatu 40 ini mulai mengubah kebiasaannya dengan tak bermain game di gawainya namun menggunakan gawainya sebagai sarana belajar. Ia senang belajar dengan gawainya dan memperhatikan gurunya menjelaskan dengan seksama. Namun ada satu hal yang tak berubah, yakni ia senang belajar sambil jalan-jalan di dalam rumah dan dalam waktu yang singkat.
Akhirnya, tibalah waktu pembuktian dari kesepakatan ini. Saat itu,ada ujian akhir semester selama seminggu. Anak berusia 10 tahun ini merasa tegang dan khawatir. “Apakah saya mampu memenuhi kesepakatan ini?” Itulah yang terngiang di pikirannya. Seminggu itu anak ini belajar seperti biasa dan tak lupa berdoa. Tak terasa, seminggu pun berlalu, anak ini menyelesaikan ujian akhir semesternya. Ia merasa lega sekaligus khawatir akan hasil yang didapatkannya.
Sekitar dua minggu kemudian, ada panggilan orang tua untuk mengambil hasil belajar siswa selama satu semester. “Bagaimana hasilku?” Pertanyaan yang menghantui pikirannya. Tibalah hari di mana ayah dari anak kelas 5 ini mengambil rapornya. Setibanya di rumah, sang ayah masih tak memberi tahu apapun mengenai hasil belajarnya, ia menunggu ibunya pulang untuk memberi tahu hasilnya
Sore harinya, Albert pun diberi tahu hasil belajarnya, dan luar biasa mengesankan, ia mendapat kembali juara 1 paralel di kelas 5 dengan nilai yang menurutnya cukup tinggi. Orang tua Albert pun merasa senang dan bangga terhadap anaknya. Mereka kembali berpesan bahwa Albert harus rajin belajar dan menimba ilmu dari mana saja.
Mereka menyadari bahwa cara belajar setiap anak tidaklah sama. Tidak harus belajar lama untuk memahami, karena tingkat pemahaman setiap orang tidak sama pula. Yang terpenting ialah memanfaatkan teknologi dan waktu sebaik mungkin. Jangan lupa untuk berdoa dan bertanya bila belum paham mengenai materi. Penjelasan guru akan sangat memudahkan bila kita belum paham akan materi yang ingin kita pelajari.
CERPEN OLEH : AHMAD TOHARI
Dia adalah penipu ketiga yang datang kepadaku hari ini. Dengan
menampilkan kesan orang lapar dan lelah dia, seorang lelaki yang baru ku kenal,
minta uang padaku. katanya, ia harus segera pulang ke Cikokol karena anaknya
sedang sakit disana. Tetapi katanya, ia tak bisa berangkat kecuali aku mau
bermurah hati memberinya ongkos perjalanan.
Tak pedulia adakah desa bernama Cikokol, tak peduli apakah benar anak lelaki
itu sedang sakit disana, bahkan tak peduli apakah aku akan menjadi orang
berhati murah, permintaan ongkos .jalan itu kukabulkan. seribu rupiah segera
berpindah dari tanganku ke tangan laki-laki itu.
Sebagai imbalan aku menerima sekian banyak pujian dan doa-doa keberkahan.
Setelah membungkuk dalam-dalam laki-laki itu keluar halaman dan pergi ke arah
terminal. tadi pagi seorang perempuan mengetuk pintu rumahku. ia memperlihatkan
kesan seorang perempuan saleh dan datang padaku minta sumbangan. Katanya, ia
diutus oleh sebuah yayasan pemeliharaan anak-anak yatim piatu dibanyuwangi. Ia
tunjukkan surat-surat berstempel sebagai bukti jatidirinya. Dan akhirnya ia
berkata bahwa yayasan yang mengutusnya sangat memerlukan bantuan dana. Tanpa
bantuan semacam itu katanya, anak-anak yatim piatu disana akan bertambah
sengsara.
Tak peduli benar-tidaknya cerita perempuan itu, tak peduli palsu-tidaknya
surat-surat yang dibawahnya, permintaanya akan dana kupenuhi. Seribu rupiah
kuserahkan kepadanya dan aku pun mendapat penghargaan berupa kata-kata pujian
dan doa.
Kulihat mata perempuan itu berseri-seri.Mungkin ia merasa senang karena
disangkanya aku tak tahu betapa mudah membuat stempel palsu dan betapa jauh
kota banyuwangi dari rumahku. atau ia mengira aku seorang yang menjalankan perintah
agama dengan baik karena tidak buruk sangka kepada orang yang baru kukenal.
Tak lama sesudah perempuan itu pergi. datanglah tamu lain. Kali ini seorang
lelaki yang memberi kesan amat lugu. Dia membawa bungkusan agak panjang berisi
lap bulu ayam serta empat pisau dapur. kata lelaki itu, barang-barang yang
dibawanya adalah buatan anak-anak penyandang cacat dikota solo. Dia menawarkan
barang-barang itu kepadaku dengan harga,kukira,tiga kali lipat harga yang
sewajarnya.
Yah,Pak.Apalah arti harga yang saya tawarkan bila mengingat nasib anak-anak
cacat itu.
sampean betul. kalau dihitung harga keseluruhan barang yang sampean bawa hanya
dua belas ribu. Uang sebanyak itu bukan hanya sedikit bagiku dan bagi para anak
cacat itu. melainkan juga akan menyulitkan sampean Tidak mudah bagi sampean
menjaga uang itu tetap utuh sampai kesolo yang jaraknya 300 kilometer dari sini
Memang tidak akan utuh sampai ke Solo, sebab saya berhak menggunakannya
sebanyak 25 persen untuk transpor dan uang makan.
Demikian pun sampean masih sulit. Biaya pulang pergi dari sini Solo dengan
kendaraan apa saja minimal akan menghabiskan uang sembilan ribu rupiah. Bila
sampean harus makan tiga kali saja, sampean harus mengeluarkan lagi uang
minimal seribu lima ratus. Sungguh, sampean tetap dalam kesulitan karena
sampean tak mungkin bemberikan uang hanya seribu lima ratus ke pada anak-anak
cacat itu.
Kulihat laki-laki itu jadi bingung.Tangannya bergerak tak menentu.
Mungkin dia ingin berkata sesuatu, Tetapi lama kutunggu tak sepatah kata pun
terucap.
Apabila sampean bingung, Aku akan membantu mengatasinya.Aku akan
bayar dua belas ribu untuk semua barang yang sampean bawa ini. Kemudian
pergilah ke pasar dan sampean bisa mendapat barang-barang sejenis dan sejumlah
ini hanya dengan empat ribu rupiah. Sampean masih punya untung delapan ribu
rupiah dan modal sampean tak sedikit pun berkurang. Gampang sekali, bukan.?
Laki-laki itu membeku dan kelihatan tersiksa. Padahal sungguh aku
tak bermaksud menyakitinya.
Sampean bisa terus berjualan pisau dapur dan lap bulu ayam atas
nama anak-anak cacat di Solo itu selama bisa sampean suka. Apaibila dalam
perantauan ini sampean bisa melakukan sepuluh kali saja transaksi seperti ini,
maka keuntungan sampean mencapai delapan puluh ribu. Dengan membawa uang sebanyak
itu sampean bisa pulang kesolo untuk menggembirakan anak-anak cacat itu.
Tak peduli akan tamuku yang makin bingung itu, kukeluarkan uang
dua belas ribu rupiah, mula-mula tamuku kelihatan ragu, namun kemudian diterima
nya juga uang itu. Empat pisau dapur dan dua lap bulu ayam jadi miliku.
Selesai memasukkan uangnya ke dalam saku, tamuku pamit. Kukira dia
sangat canggung dan serba salah tingkah . Kata-katanya pun terbata. Namun aku
melepaskannya dengan kelayakan karena aku tak punya beban pikiran. Sebaliknya
aku percaya, laki-laki itu masih bingung memikirkan sikapku padanya.
Mungkin laki-laki itu menertawakan diriku karena aku mengajarinya
cara menipu yang sudah lama menjadi modal operasinya. Tanpa kuajari pun dia
akan melakukan apa yang kukatakan padanya.
Tetapi mungkin juga dia percaya bahwa sikapku tulus karena pada
galibnya dua belas ribu rupiah tidak akan mudah keluar dari orang yang tak
memiliki penghayatan tinggi terhadap maksud baik orang lain.
Kemungkinan ketiga, Laki-laki itu menganggap aku demikian naif
karena aku tidak memperlihatkan sikap curiga kepadanya. Oh, andaikan laki-laki
itu tahu bahwa tak satupun perkiraannya benar-benar tepat.
Dan mengapa orang tidak suka mencoba menikmati keindahan seni
penipuan. Perempuan yang mengaku utusan yayasan yatim piatu di banyuwangi itu.
Kalau bukan orang yang benar-benar berbakat dia takkan berhasil Acting sebagai
tokoh yang dilakonkannya. Kalau bukan benar orang yang benar-benar teguh, dia
tidak akan berani untung-untungan minta dana kepadaku. Sebab dengan membuka
kedoknya. Jadi perempuan itu telah menyajikan bakat, keteguhan dan keberanian
menghadapi kemungkinan dipermalukan. Ketiganya diartikulasikan dengan baik
sehingga menjadi sajian artistik yang bisa kunikmati.
Hari ini ketika waktu lohor belum lagi tiba, aku sudah berhadapan
dengan tiga penipu. Mereka aktor-aktor yang baik dan aku menyukai mereka. Ingin
rasanya kau lebih lama berhadapan-hadapan dengan mereka.
Sayang, perempuan yang mengaku dari Banyuwangi itu kira-kira sudah
empat jam berlalu. Lelaki yang mengaku menjualkan barang buatan penyandang
cacat dari solo juga berangkat tak lama kemudian. Tetapi lelaki dari cikokol
itu? Dia belum lama berlalu dan aku yakin dapat menemukannya kembali di kota
kecamatan ini.
Aku mengganti kaus oblong yng kupakai dengan baju lengan panjang,
kain sarung dengan pantalon. Topi pun kusambar dari cantelannya. Kemudian aku
bersicepat, bukan ke arah terminal melainkan ke arah pasar.
Lelaki itu dari Cikokol itu saya jamin disekitar pasar, bukan
diterminal. Lihatlah dia sedang bercakap-cakap dengan seorang. Melihat gerak
gerik dan gayannya berbicara, kuyakini ia sedang mengulangi tipuannya. Tetapi
kulihat calon korbannya menghindar.
Seperti ular kehilangan mangsa yang sudah dililitnya laki-laki
dari Cikokol itu termangu sendiri. Namun matanya yang licik dan awas
mengalihkan pandangan kepadaku. Oh, ternyata orang memang mudah tertipu.
Lihatlah, lelaki Cikokol itu pangling hanya karena aku berganti
pakaian. Dia mendekatiku dan aku siap menikmati tipuannya yang kedua. Dari
jarak beberapa langkah kulihat dia menunduk dan mimik wajahnya mendadak
berubah. Bukan main, dia kelihatan seperti orang amat bingung.
Pak,maaf saya mengganggu.Saya baru kena musibah; uang saya dicopet
orang.Padahal saya harus membeli obat untuk istri saya yang baru melahirkan.
Mendadak lelaki Cikokol itu menghentikan kata-katanya. Kedua
matanya terbuka lebar dan wajahnya tegang. Dan kegugupannya gagal disembunyikan
ketika lelaki Cikokol itu mengenali kembali diriku. Tetapi dia seniman pantomim
yang baik. Kunikmati dengan seksama ketegangan di wajahnya yang perlahan-lahan
mencair. Kini kesan malu terlihat disana. Hanya sepintas, sebab lelaki cikokol
itu akhirnya malah tersenyum. Aku pun membalasnya dengan Senyum.
Eh, Bapak, saya kira siapa,katanya sambil menyengir. Aku pun ikut
nyengir. Dia tersipu-sipu dan kelihatan salah tingkah, padahal aku tetap ramah
padanya.
Maaf Pak, saya telah menipu bapak dan mencoba akan
mengulanginya,Katanya agak Gemetar.
Tenang. Tenanglah orang Cikokol; sejak semula aku sadar dan mengerti
sampean menipuku.
Bapak minta uang Bapak kembali?
Hus! Yang kuminta adalah kelanjutan cerita tentang uang yang
dicopet orang dan tentang istri sampean yang baru melahirkan.
Ya, hanya orang tolol akan percaya cerita seperti itu. Tetapi aku
ingin mendengarnya dan aku tidak main-main.
Ah, bapak. Daripada mendengarkan Cerita yang bukan-bukan,Lebih
baik bapak kuberitahu alasan mengapa aku terpaksa jadi penipu.
usul sampean baik juga. Tetapi bolehkan saya minta jaminan bahwa
Cerita sampean nanti bukan omong kosong?
Demi Tuhan, saya akan bercerita sebenar-benarnya.
Diawali dengan sumpah,wong Cikokol itu memulai cerita yang sangat
terasa sebagai pembelaan dirinya. Dan sumpah itu membuat apa yang dikatakannya
menjadi sebuah tipuan yang bermutu tinggi.
Agar aku bisa lebih lama menikmati sajian istimewa itu aku harus
bisa mengendalikan perasaan sebaik mungkin. Dan aku berhasil. Sampai lelaki
Cikokol itu selesai mengemukakan segala dalih mengapa dia terpaksa jadi penipu.
Aku tetap bersikap sungguh-sungguh mendengarkannya, bahkan menikmatinya. Lelaki
cikokol itu pun kelihatan demikian yakin bahwa dirinya berhasil menipuku buat
kali yang kedua. Dengan demikian dia boleh merasa menjadi penipu yang paling
unggul.
Namun apa jadinya bila orang Cikokol itu tahu bahwa ada penipu
lain yang jauh lebih pandai, yakni dia yang hari ini memberi uang empat belas
ribu kepada tiga penipu teri. Dengan empat belas ribu itu dia berharap tuhan
bisa tertipu lalu memberkahi uangnnya, tak peduli dengan cara apa uang itu
didapat. Dan aku yakin, hanya seorang penipu sejati bisa sangat menyadari akan
kepenipuannya.
Sumber
Kompas,Minggu, 27-01-1991.
1. PRO KONTRA IBU KOTA NEGARA 2. BERBAHASA INGGRIS TIDAK NASIONALIS? 3. PRO KONTRA MAINAN LATO-LATO 4. KANTONG PLASTIK BERBAYAR 5. DAUR ULAN...